Surat untuk Ibu dan Bapak Guru
Dari Mendikbud Anies Baswedan
Ibu dan Bapak Guru yang saya hormati dan muliakan,
Semoga Ibu dan Bapak Guru dalam keadaan sehat, bahagia, dan penuh semangat saat surat ini menemui Ibu dan Bapak sekalian. Seiring dengan peringatan Hari Guru ini, atas nama pemerintah, saya menyampaikan apresiasi kepada Ibu dan Bapak Guru semua yang telah mengemban tugas mulia serta mengabdi dengan hati dan sepenuh hati. Izinkan saya dengan rendah hati menyampaikan rasa hormat, rasa terima kasih, dan rasa bangga atas pengabdian Ibu dan Bapak sekalian.
Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat, memilih hadir bersama anak-anak kita, bersama para pemilik masa depan Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan Indonesia. Mewakili seluruh bangsa hadir di kelas, di lapangan, bahkan sebagian harus mengabdi dengan fasilitas ala kadarnya demi mencerahkan dan membuat masa depan yang lebih baik untuk anak-anak kita. Saya ingin menggarisbawahi bahwa persiapan masa depan bangsa dan negara Indonesia ini dititipkan pada Ibu dan Bapak Guru.
Saya menyadari masih banyak tanggung-jawab pemerintah pada Guru yang belum ditunaikan dengan tuntas. Kita harus mengakui bahwa bangsa ini belum menempatkan guru sebagaimana seharusnya. Guru memiliki peran yang amat mulia dan amat strategis. Saya percaya bahwa cara kita memperlakukan guru hari ini adalah cermin cara kita memperlakukan persiapan masa depan bangsa ini. Kita harus mengubah diri, kita harus meninggikan dan memuliakan guru.
Pemerintah di semua level harus menempatkan guru dengan sebaik-baiknya dan menunaikan secara tuntas semua kewajibannya bagi guru. Pekerjaan rumah pemerintah, di semua level masih banyak, mulai dari masalah status kepegawaian, kesejahteraan, serta hal-hal lainnya yang berhubungan dengan guru harus dituntaskan.
Meskipun demikian, di balik semua permasalahan yang ada, pendidikan harus tetap berjalan dengan baik. Di pundak Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, ada wajah masa depan kita. Setiap hari Ibu dan Bapak Guru menemui wajah masa depan Indonesia, dan di ruang-ruang kelas itulah anak-anak bersiap bukan saja untuk menyongsong tetapi juga untuk memenangkan masa depan.
Hari-hari di depan kelas tentu menyedot energi. Anak-anak yang menuntut perhatian, tugas-tugas Guru yang menumpuk, masih banyak ruang kelas yang tak memadai, fasilitas belajar yang ala kadarnya, atau suhu udara yang tidak selalu bersahabat.
Ibu dan bapak guru yang saya hormati.
Teruslah hadir membawa senyum; berbekal kerahiman, songsonglah anak-anak bangsa ini dengan kasih sayang; hadirlah dengan hati dan sepenuh hati.
Kita semua sadar bahwa pendidikan adalah ikhtiar fundamental dan kunci untuk kita dapat memajukan bangsa. Potensi besar di Republik ini akan dapat dikembangkan jika manusianya terkembangkan dan terbangunkan. Kualitas manusia adalah hulunya kemajuan dan pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam meningkatkan kualitas manusia.
Pada kesempatan ini saya mengajak kita semua untuk melihat pendidikan bukan semata-mata urusan negara, urusan pemerintah. Tanpa mengurangi peran negara, karena negara masih harus menyelesaikan tanggung-jawab yang belum tuntas dan meningkatkan kinerjanya, saya mengajak semua warga bangsa Indonesia untuk ikut bekerja sama demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Ya, secara konstitusional mendidik adalah tanggung jawab negara, tetapi secara moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik.
Saya mengajak semua kalangan, mari terlibat untuk membantu sekolah, guru, madrasah, balai belajar, dan taman belajar. Kita terlibat untuk mendorong kemajuan pendidikan. Untuk itu pula, kepada Guru, Kepala Sekolah, dan Tenaga Kependidikan mari kita bukakan pintu lebar-lebar. Kita mengajak dan memberi ruang kepada masyarakat untuk ikut terlibat, memikirkan, dan berbuat untuk kemajuan dunia pendidikan kita.
Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan,
Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona berkarakter mulia.
Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan. Biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur bersih dan terpuji karakternya.
Bayangkan Ibu dan Bapak Guru yang terhormat, kelak anak-anak kita akan hidup di era baru. Mereka hidup di era yang korupsi sudah dianggap sebagai sesuatu yang basi, sesuatu yang bukan lagi kelaziman, dan tidak semata-mata dipandang sebagai persoalan pelanggaran hukum, tetapi lebih dari itu korupsi menyangkut persoalan harkat dan martabat kemanusiaan.
Pada suatu saat, ketika anak-anak kita, murid-murid itu telah dewasa dan berkiprah di dalam masyarakat, mereka kelak bisa bertutur, "Saya belajar jujur, dan belajar integritas dari Guru". Seraya, nama Ibu/Bapak Guru disebut.
Ibu dan Bapak Guru mungkin saja tidak mendengar langsung ucapan-ucapan itu, tetapi yakinlah bahwa melalui anak didik yang meneladani Ibu/Bapak Guru itulah aliran pahala untuk Ibu dan Bapak tidak akan pernah berhenti. Pahala yang tiada henti-hentinya melalui anak-anak didik yang menjadi manusia berkarakter mulia, yang menjalani hidup dengan kejujuran dan berintegritas.
Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh murid-murid dan lingkungannya.
Akhirnya, kepada seluruh Guru, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, saya sampaikan apresiasi. Sekali lagi, atas nama pemerintah, saya sampaikan terima kasih. Ikhtiar mulia ini harus kita teruskan.
Suatu saat kelak, Ibu dan Bapak Guru dapat melakukan refleksi atas apa yang sudah dijalani sambil bersyukur bahwa di saat Indonesia sedang mengubah wajahnya menjadi lebih baik, lebih bersih, lebih jujur, lebih cerdas, lebih kreatif, dan lebih cerah, Ibu dan Bapak Guru memegang peran penting. Kelak Ibu dan Bapak dapat berkata, "Saya di sana, saya terlibat. Sekecil apapun saya ikut mendidik generasi lebih baik. Saya ikut melahirkan generasi baru dan ikut berkontribusi membuat wajah Indonesia yang lebih cemerlang, dan membanggakan."
Selamat meneruskan pengabdian mulia, selamat menginspirasi, dan Selamat Hari Guru.
Salam hangat,
Kamis, 27 November 2014
Timnas u-19 ternyata memang harapan yang terbaik...
piala aff akhirnya kembali digelar. dalam suasana terkini yang tanpa kisruh di pssi tim garuda utama diharapkan berkibar. bukan hanya karena kembalinya kekuatan utama timnas, tapi opa riedl telah jadi pembesut garuda untuk mengulang cerita manisnya empat tahun silam.
dua laga sudah dan cerita saya sama. di laga pertama saya tak bisa menikmati babak pertama kala vietnam menjamu garuda. sebuah keperluan mengadang saya memantau. kini di laga keduapun saya kehilangan babak pertama karena baru tiba pukul 17.00 dan ternyata menit 51 adalah sajian di layar dengan posisi tim teringgal 0-1 dari filipina.
saya tahu kalau filipina kini sudah jadi kekuatan utama asia tenggara dari peringkat fifa. semua menuding filipina potong kompas dengan langkah naturalisasi. tapi timnas kini juga serupa. nama-nama terbaik walau tadinya bukan warga negara juga diberi kesempatan bila ingin.
singkatnya saya punya ekspektasi lebih mengingat nama van dijk akan berpadu dengan gonzales plus jaminan mutu boas di laga-laga terkini timnas. tak akan ada lagi kecewa karena skuad paspasan model dua tahun lalu di tim nilmaizar. tapi akhirnya saya harus kecewa. timnas tak hanya kalah plus nyaris terisngkir, tapi juga menanggung malu dibantai 0-4 leh tim yang dulunya jadi sarang gol kita. sungguh terlalu, timnasku tampak tak bermain dengan hatinya. jutaan kaki di negeri ini bersedia tampil mewakili merah putih di lapangan tadi, namun kalian yang terpilih seakan tak berusaha untuk sekadar bermain baik.
sepertinya pasukan sakit hati penuntut reformasi pssi berpesta atas hasil ini. kalau dua tahun silam banyak yang mengejek timnas senior karena hasil imbang dari laos yang dikatakan pemecahan rekor, kini rekor atas filipina juga pecah bahkan dengan 4 gol.
salam 4-0 akan jadi trending topic sepertinya.
kalau beberapa bulan silam banyak yang mengejek timnas u-19 atas kekalahan di piala asia, sepertinya kita bisa segera sadar kalau memang cuma itulah prestasi terbaik sepakbola nasional. hasil timnas senior ini bukti bahwa u-19 tetap yang terbaik. salam!
saya tahu kalau filipina kini sudah jadi kekuatan utama asia tenggara dari peringkat fifa. semua menuding filipina potong kompas dengan langkah naturalisasi. tapi timnas kini juga serupa. nama-nama terbaik walau tadinya bukan warga negara juga diberi kesempatan bila ingin.
singkatnya saya punya ekspektasi lebih mengingat nama van dijk akan berpadu dengan gonzales plus jaminan mutu boas di laga-laga terkini timnas. tak akan ada lagi kecewa karena skuad paspasan model dua tahun lalu di tim nilmaizar. tapi akhirnya saya harus kecewa. timnas tak hanya kalah plus nyaris terisngkir, tapi juga menanggung malu dibantai 0-4 leh tim yang dulunya jadi sarang gol kita. sungguh terlalu, timnasku tampak tak bermain dengan hatinya. jutaan kaki di negeri ini bersedia tampil mewakili merah putih di lapangan tadi, namun kalian yang terpilih seakan tak berusaha untuk sekadar bermain baik.
sepertinya pasukan sakit hati penuntut reformasi pssi berpesta atas hasil ini. kalau dua tahun silam banyak yang mengejek timnas senior karena hasil imbang dari laos yang dikatakan pemecahan rekor, kini rekor atas filipina juga pecah bahkan dengan 4 gol.
salam 4-0 akan jadi trending topic sepertinya.
kalau beberapa bulan silam banyak yang mengejek timnas u-19 atas kekalahan di piala asia, sepertinya kita bisa segera sadar kalau memang cuma itulah prestasi terbaik sepakbola nasional. hasil timnas senior ini bukti bahwa u-19 tetap yang terbaik. salam!
25 November 2014 at 18:05
Kebanggaan di Hari Guru...
Hari Guru...
Well tulisan ini rupanya gagal posting di FB saat saya
menulisnya 25 November lalu.
Selasa (25/11) lalu saya tiba-tiba merasa penting
meninggalkan sebuah cerita di akun medsos saya demi mendokumentasi hari yang
lumayan istimewa ini.
Bukan karena guru yang jadi pekerjaan saya kini sedang
diperingati negeri ini hari kelahiran organisasi profesinya saja. Tapi ada
nilai tambah demi mendengar sebuah surat dari pak menteri.
Jokowi kini sudah jadi presiden dan Anies Baswedan kini
ditunjuk sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan yang baru. Lalu bagaimana
suasana baru ini? Suasana kala pembuat kebijakannya adalah orang-orang yang
saya segani? Lumayan punya asa rupanya.
Adalah saat amanat pembina upacara pagi tadi jadi inti
ceritanya. Di tengah-tengah riuhnya siswa yang mulai kehilangan konsentrasi
kala pembina upacara terpaku pada surat menteri pendidikan yang dibacakan,
sepercik embun seakan membasahi dahaga kebanggaan.
Surat dari pak menteri untuk guru seluruh indonesia itu
sungguh memesona saya lewat jalinan kata yang terkesan hebat dan menyentuh. Tak
banyak hal hiperbola yang disaji, namun sebagai guru saya merasa penting hari
ini. Sejenak saya mengingat jalinan kata yang kongruen dengan bahasa pidato
Jokowi di konser Salam Dua Jari kala kampanye itu. Sepertinya duga teman saya
yang seorang editor surat kabar itu tak salah: pidato Jokowi itu tentu disusun
Anies Baswedan yang sungguh santun bertutur.
Saya merasa dihormati kala surat yang dibaca Ibu kepala
sekolah saya itu dibuka dengan ucapan terima kasih untuk semua guru di
Indonesia. Dengan sadar Pak Menteri menyadari betapa banyak guru telah berbuat
untuk bangsa ini.
Saya merasa guru jua dihargai saat sang menteri juga
bertutur soal permohonan maaf karena negeri ini belum menempatkan guru di
tempat yang seharusnya. Secara terbuka Anies menyadari kalau banyak hak guru
yang belum dituntaskan negeri ini sejauh langkah yang terjalani.
Yang saya tahu tak pernah sebelumnya bahkan presiden yang baru
berlalu itu mengucapkan secara santun pernyataan tadi dan lebih banyak menebar
janji belaka yang tak pernah benar-benar terlaksana secara menyeluruh.
Saya bergetar kala pernyataan itu dibacakan: Pilihan
Bapak/Ibu menjadi guru bukanlah sebuah pengabdian semata; tapi sebuah langkah
terhormat sebagai membangun arah bangsa ini. Wew, hebat betul kami para guru
yah.
Dan ketimbang janji manis, kata-kata ini lebih menbangun
sepertinya: Potret negeri kita saat ini adalah buah pendidikan di masa lalu, maka
potret bangsa kita masa depan adalah pendidikan kita di masa ini. Dengan kata
lain, apa yang dibuat guru saat ini adalah masa depan negeri ini. Bangsa kita
yang korup dan sebagainya karena masa lalu melazimkan hal itu, bila sebaliknya
terjadi kini maka masa depan akan jauh dari hal itu.
Mungkin ini terasa muluk dan mengawang-awang, namun saya
mendadak bangga menjadi seorang guru. Walau kami mungkin tak akan kaya raya
secara materi, namun secara rohani kami adalah foktor penentu bangsa dan masa
depannya.
Masih dikeriuhan siswa saya mulai berpikir, seru juga
harapan di bawah arahan orang yang kita kagumi dan memang punya kapabilitas.
Sepertinya saya mulai bangga pada menteri pendidikan kali ini layaknya respek
saya pada orang-orang seperti Gus Dur, Antasari Azhar, Jokowi, dan Ahok. Memang
saya sedang melamar satu posisi di kementerian Pak Anies, namun diterima atau
tidaksaya kagum pada orang ini.
Setidaknya untuk saat ini saya merasa 10 tahun yang saya
jalani sebagai guru tak percuma belaka. Walau belum jadi apa-apa, namun
ternyata karya saya nyata (setidaknya murid-murid saya sudah jadi kepanjangan
tangan saya untuk negeri ini). Tiba-tiba saya jadi nasionalis dan perasa....
Hari guru kemarin ini memang cukup melelahkan. Rangkaian
lomba yang memeriahkan momen di sekolah kami sungguh menguras tenaga karena
kami para guru harus terus menemani OSIS sebagai pengarah. Namun semua tak
lepas begitu saja. Hari ini akan saya ingat lewat surat Pak Menteri dan tentu
saja, gol untuk tim guru di lapangan futsal tadi J.
Langganan:
Postingan (Atom)