sudah berapa hari nih celingak-celinguk di sekitar masjid cakra buana
tuk ketemu si mbah tuk galau ini. si mbah yang saya maksud bukan dukun
atau sejenisnya, tapi seorang walimurid yang suka shalat di sana plus
dijamin bijak karena khatam soal sepakbola dalam negeri: bung rayana
djakasurya.
saya mau tanya2 nih peluang status quo pssi ke depannya. bukan apa2,
makin gerah dan galau (gaya anak muda) aja ney kalau nonton, baca, dan
dengar masalah kepengurusan organisasi satu itu.
jangankan saya, presiden saja gerah kok.
entah kenapa saya tetap percaya pada kata hati saya kalau status quo
saat ini lebih bersih ketimbang mereka yang mengaku komisi penyelamat.
saya mau menanyakan si mbah tadi: benar tidak sih keyakinan saya soal
kisruh ini?
gerah banget lihat jakarta lawyers club semalam. semuanya mengarah
pada pengkultusan komisi penyelamat sepakbola indonesia. tak berimbang!
jadilah opini yang terbentuk makin memojokkan pssi.
bung karni seolah2 bilang: pssi kan sudah diberi hak jawab dengan
diundang, salah sendiri tidak datang. biar saya yang jawab: "mereka
bukan partai demokrat bung (yang selalu datang tiap acara jakarta
lawyers club walau tahu akan dipojokkan). pssi tak punya ahli2 berkelit
model ruhut, batugana, mubarok, mustopa, atau pohan. mereka juga bukan
raja kata seperti driono, hinca, apriliani, atau la nyala. yang saya
tahu mereka orang2 yang sekadar punya niat memulai proses. jadi, jangan
salahkan mereka tak ambil momen berdebat di ruang publik. mungkin di
sinilah bukti gelar 'profesor' milik sang ketua umum, tahu tempatnya tuk
bicara."
oke beberapa hal memang dilanggar pssi, tapi buat penikmat bola
seperti saya itu tak substansial. mengubah format kompetisi buat rakyat
toh sudah biasa di era lalu. beratameng fifa juga bukan cara yang salah
dalam menegakkan aturan. dan soal statuta juga tak penting kalau tak ada
aksi nyata: pembinaan!
kpsi terus saja berkoar dan membentuk opini publik di tv milik
sendiri. pssi kalah di publikasi. tapi, saya masih percaya kata hati
soal ini.
jadi, tetap dukung pssi!
Wednesday, 7 March 2012 at 08:22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar