akhirnya petualangan timnas di level grup berakhir tanpa pemecahan angka 0 di pts. dan yang terpahit, dua digit jadi skor akhir melawan kekosongan di bahrain, 0-10.
***
sejauh saya ikuti, belum pernah timnas kita kalah sedemikian telak. kalah memang sering, tapi tidak dengan skor telak. malah, biasanya garudalah yang mencaplok lawan2 level bawah dengan skor besar itu. seingat saya lagi, timnas senior malah pernah menang 10-0 melawan kamboja di sea games chiang mai, lalu mengulanginya lagi 8-0 di pra piala dunia '98 di senayan atas tim sama, plus rochi putiray dkk membantai mereka lagi 9-2 di pra piala dunia '02. skor 13-1 juga pernah dibukukan timnas atas filipina di piala tiger (aff) 2003.
kalau kekalahan? memang sih pernah sampai 1-7 atas suriah di pra piala dunia sebelumnya, tapi mencapai 2 digit adalah pukulan besar. total tak ada pembelaan dari saya atas kekalahan ini, walau boleh diberi sedikit apresiasi buat debutan timnas.
***
yang mau saya ulas cuma satu hal. KITA KALAH, TAPI KEBENARAN MENANG.
maksud saya bukannya membela djohar atau aji santoso sang caretaker, kebenaran yang saya maksud adalah kelolosan qatar.
tanpa bermaksud mencari dalih, namun yang paling ketar-ketir semalam dan penuh perjuangan adalah anak2 qatar yang harus menahan iran. sebuah kemustahilan hampir saja terjadi. bahrain hanya bisa lolos dengan margin 9 gol dengan syarat qatar kalah di teheran. dan benar saja, 10 biji gol bersarang di gawang timnas dan mereka tertinggal hingga menit 85.
melihat aksi di lapangan, selain dungunya pemain berkostum putih hijau, wasit juga terkontaminasi mafia suap. bagaimana tidak, 3 penalti diberi di babak pertama begitu mudah. wasit normal tak akan mudah beri penalti apalagi sampai 3 kali 1 babak. kalau tak percaya kita cerita.
laga man united vs arsenal musim ini, dengan skor 8-2. ingat?
berapa gol lahir dari penalti? tak banyak. tak semudah itu memberi penalti dalam partai yang seharusnya disadari ketat maknanya pada klasemen akhir. dalam keadaan kiper lawan sudah kena kartu merah diawal babak seperti lehman waktu arsenal kalah dari barca di final piala champions juga, apa wasit akan mudah memberi penalti? pertimbangannya sulit tapi dilakukan.
dalam kondisi keunggulan sudah jauh di liga eropa, dengan margin 3 gol juga wasit tak akan mudah lagi memberi penalti. tapi lihat semalam, dalam kedudukan 9-0 dan ada diving wasit tetap menunjuk titik putih yang untungnya dapat ditahan timnas. masih percaya wasitnya tak disuap?
tapi kebenaran itupun datang dalam kisah semalam. gol kedua qatar menghenyak bahrain. keunggulan 10 gol itu, bahkan bila mau diubah jadi 10000000 pun tak membawa bahrain lolos ke babak berikutnya.
***
di fast furious, dom toretto pernah bilang sama brian yang bangga kalah tipis: kekalahan setipis apapun sama saja dengan yang telak betul! dan akhirnya, kalau kita balik, kekalahan dengan margin 10 gol itu tak berarti di kelasemen akhir, karena bahrain tetap equal dengan timnas garuda, sama-sama tak lolos, sama-sama masuk kotak.
seburuk apapun timnas saat ini, mereka tetap equal juga dengan arab saudi, china, thailand, singapura, dan semua dari 10 tim asia yang tersingkir semalam. lepas dari skor 0-10 itu, tak ada yang perlu ditangisi. prestasi mandek? tidak juga, di pra piala dunia afsel lalu kita bahkan tak sampai ke level grup seperti saat ini. jadi, kita masih bisa berbangga. dan yang terpenting mafia sepakbola asia kalah semalam.
***
yang jadi luka kini, 0-10, mau kita apakan? kubu kpsi saat ini pasti sangat senang karena pssi dapat malu besar. namun, merekalah yang patutnya disalahkan. seandainya mereka jujur dan setia pada mufakat pemimpin pssi, tentu organisasi itu bisa membentuk tim baik. tapi toh ketakrelaan mereka pada proses perubahan yang jadi muasalnya. pssi malu, garuda malu, tapi saya tetap bersamamu!
berapa gol lahir dari penalti? tak banyak. tak semudah itu memberi penalti dalam partai yang seharusnya disadari ketat maknanya pada klasemen akhir. dalam keadaan kiper lawan sudah kena kartu merah diawal babak seperti lehman waktu arsenal kalah dari barca di final piala champions juga, apa wasit akan mudah memberi penalti? pertimbangannya sulit tapi dilakukan.
dalam kondisi keunggulan sudah jauh di liga eropa, dengan margin 3 gol juga wasit tak akan mudah lagi memberi penalti. tapi lihat semalam, dalam kedudukan 9-0 dan ada diving wasit tetap menunjuk titik putih yang untungnya dapat ditahan timnas. masih percaya wasitnya tak disuap?
tapi kebenaran itupun datang dalam kisah semalam. gol kedua qatar menghenyak bahrain. keunggulan 10 gol itu, bahkan bila mau diubah jadi 10000000 pun tak membawa bahrain lolos ke babak berikutnya.
***
di fast furious, dom toretto pernah bilang sama brian yang bangga kalah tipis: kekalahan setipis apapun sama saja dengan yang telak betul! dan akhirnya, kalau kita balik, kekalahan dengan margin 10 gol itu tak berarti di kelasemen akhir, karena bahrain tetap equal dengan timnas garuda, sama-sama tak lolos, sama-sama masuk kotak.
seburuk apapun timnas saat ini, mereka tetap equal juga dengan arab saudi, china, thailand, singapura, dan semua dari 10 tim asia yang tersingkir semalam. lepas dari skor 0-10 itu, tak ada yang perlu ditangisi. prestasi mandek? tidak juga, di pra piala dunia afsel lalu kita bahkan tak sampai ke level grup seperti saat ini. jadi, kita masih bisa berbangga. dan yang terpenting mafia sepakbola asia kalah semalam.
***
yang jadi luka kini, 0-10, mau kita apakan? kubu kpsi saat ini pasti sangat senang karena pssi dapat malu besar. namun, merekalah yang patutnya disalahkan. seandainya mereka jujur dan setia pada mufakat pemimpin pssi, tentu organisasi itu bisa membentuk tim baik. tapi toh ketakrelaan mereka pada proses perubahan yang jadi muasalnya. pssi malu, garuda malu, tapi saya tetap bersamamu!
Thursday, 1 March 2012 at 09:27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar