Selasa, 10 Juli 2012

Menjadi Tua

Tak terasa sudah seminggu yang lalu cuti saya habiskan dan mulai masuk kerja lagi. Hari-hari normal kembali, bahkan akan segera sangat normal pekan mendatang saat-saat tahun ajaran baru dimulai.
Seminggu yang lalu, saat cuti, saya sempat bisa nonton sebuah film di rumah, sebuah hal yang sangat sukar dilakukan sebelumnya mengingat padatnya jadwal kerja yang mengharuskan rumah hanya jadi tempat tidur semata.
Yah, dalam sebuah kegiatan sederhana itu-menonton tv di rumah lagi-saya menemukan suasana yang tidak biasa. Malam-malam seperti itu sudah hampir lima tahun ini jadi barang yang langka. Kesempatan berada di depan tv di masa prime time (19.00-22.00) memang langka saat bekerja di redaksi sebuah surat kabar yang masuk malam.
Singkatnya, nonton film malam itu rasanya lebih seru ketimbang nonton "The Avengers" di 21 sekalipun.....
Sebuah film simpel muncul di Global TV malam itu. Kalau tak salah judulnya "17 Again". Nah film ini yang mengajak saya menulis sedikit malam ini.
Sebenarnya bukan semata film itu. Bila direntet lebih lanjut, film "21 Jump Street" adaptasi baru yang muncul belum lama plus sekuel anyar "American Pie" yakni "American Reunion" menambah motivasi saya menyimpulkan isi tulisan ini. Saya mulai menjadi tua.
Kalau dirunut dengan sebuah film nasional yang coba melanjutkan cerita "Arisan" jadi "Arisan 2" belum lama ini, penyimpulan saya makin jadi. SAYA SUDAH TUA.
Dalam film-film yang saya sebutkan tadi, ada satu kenyataan yang kurang saya sadari selama ini dikuak. Yah, saya yang merasa berjiwa muda dan masih sangat muda-bahkan kadang masih kekanakan-ternyata sudah seharusnya belajar untuk memahami bahwa saya sudah memasuki fase hidup yang lebih serius.
Dalam segala jalan yang saya masih selami belakangan ini, saya masih merasa bahwa saya masih bisa berbuat ini atau itu yang tanpa pemikiran bertanggung jawab. Emosi "darah muda" ala Bang Rhoma masih dengan sadar saya sajikan pada dunia. Tapi film-film tadi menyadarkan saya untuk melihat sekeliling.
Saya yang tadinya berada di lingkungan pekerjaan sebagai seorang karyawan muda yang cenderung urakan kini sudah tumbuh tua. Kawan-kawan yang juga sebelumnya sama urakannya perlahan menunjukkan sosoknya yang lebih bertanggung jawab. Kini kami adalah para suami, beberapa sudah jadi bapak malah (saya juga sempat mersakannya walau hanya 15 jam, dan berdoa agar dapat segera kembali jadi seorang bapak).
Masa-masa yang rasanya indah dan hebat karena bisa bergaya jagoan atau pun jadi sosok sok romantis itu jua tinggal kenangan manis. Anak-anak yang beberapa tahun lalu saya anggap pelengkap dunia belaka kini mulai mengisi peran-peran di sisi saya, yang sebelumnya saya kira hanya akan jadi konsumsi orang sebaya saya. Ini terjadi bukan di ruang redaksi, tapi di ruang guru.
Saya kini bukan lagi guru muda yang penuh gejolak dan inovasi. Saya dianggap guru matang yang sudah mulai berposisi senior di sekolah. Jadi, sungguh bukan tempatnya saat ini saya menikmati gaya urakan dan senang-senang.
Menjadi tua, apakah anda merasakannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar