Yups, saya hadir lagi menulis. Bukannya terhenyak
karena kekalahan Sabtu lalu, namun ramainya tulisan yang masuk
kompasiana membuat saya berpikir untuk bicara belakangan saja.
Setelah lalu lintas merenggang, mungkin lebih bermakna me-review hasil terakhir yang cukup membuat hati gundah.
Timnasku kalah dan akhirnya gagal melaju. Para penghujat pun punya kans untuk berujar. Tapi kali ini saya rasa timnas tarkamku telah memberi sebuah pukulan dari ketakberdayaannya di ajang AFF.
Tak lolos, bukankah memang itu yang diharapkan pembenci timnasku. Menahan para bintang kan tujuannya untuk itu. Label tarkam sudah dianugerahkan jauh hari sebelumnya. Jadi, buat saya sebuah tim tarkam bermaterikan pemain non bintang namun bisa bersaing dengan timnas Malaysia, Singapura, dan Laos adalah prestasi.
Bagaimanapun hati ini sempat naik turun dibuat timnasku itu. Imbang lawan Laos adalah suatu keniscayaan dari kata “kualitas tarkam” yang memamng sudah disematkan. Namun kemenagan atas Singapura memberi pukulan telak bahwa anak-anak IPL plus itu masih punya asa dan daya. Selama ini toh Singapura adalah sebuah tembok besar timnas. Terakhir, kalah 0-2 lawan Malaysia. Apa daya, timnas era emas Riedl saja diempas 0-3 dua tahun lalu.
Singkatnya, Garuda Tarkamku tetap perkasa. Kalian boleh bersenang-senang mengejek, namun hati seorang pencinta timnas yang sudah berkarat ini seolah dilumasi minyak yang menyegarka untuk sesaat. Timnasku memang dihancurkan, tapi ini timnasku yang terbaik dalam keterbatasan.
NB: Salut sama insan persepakbolaan asli yang tak menghujat (seperti pemain-pemain ISL yang tak ikut serta namun memberi dukungan) selama guliran AFF kemarin berjalan, kecuali Bendol tentunya….
07 December 2012 | 08:34
Setelah lalu lintas merenggang, mungkin lebih bermakna me-review hasil terakhir yang cukup membuat hati gundah.
Timnasku kalah dan akhirnya gagal melaju. Para penghujat pun punya kans untuk berujar. Tapi kali ini saya rasa timnas tarkamku telah memberi sebuah pukulan dari ketakberdayaannya di ajang AFF.
Tak lolos, bukankah memang itu yang diharapkan pembenci timnasku. Menahan para bintang kan tujuannya untuk itu. Label tarkam sudah dianugerahkan jauh hari sebelumnya. Jadi, buat saya sebuah tim tarkam bermaterikan pemain non bintang namun bisa bersaing dengan timnas Malaysia, Singapura, dan Laos adalah prestasi.
Bagaimanapun hati ini sempat naik turun dibuat timnasku itu. Imbang lawan Laos adalah suatu keniscayaan dari kata “kualitas tarkam” yang memamng sudah disematkan. Namun kemenagan atas Singapura memberi pukulan telak bahwa anak-anak IPL plus itu masih punya asa dan daya. Selama ini toh Singapura adalah sebuah tembok besar timnas. Terakhir, kalah 0-2 lawan Malaysia. Apa daya, timnas era emas Riedl saja diempas 0-3 dua tahun lalu.
Singkatnya, Garuda Tarkamku tetap perkasa. Kalian boleh bersenang-senang mengejek, namun hati seorang pencinta timnas yang sudah berkarat ini seolah dilumasi minyak yang menyegarka untuk sesaat. Timnasku memang dihancurkan, tapi ini timnasku yang terbaik dalam keterbatasan.
NB: Salut sama insan persepakbolaan asli yang tak menghujat (seperti pemain-pemain ISL yang tak ikut serta namun memberi dukungan) selama guliran AFF kemarin berjalan, kecuali Bendol tentunya….
07 December 2012 | 08:34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar