Kamis, 06 Juni 2013

Ayo Lawan Belanda dengan Sedikit Garam



Diam beberapa lama ini, terus terang karena saya antipasti dengan persepakbolaan nasional dewasa ini. Tapi, kurang afdol rasanya di momen ini tak bersuara sedikitpun seperti sebelumnya.
Timnas kita akhirnya berkesempatan melawan Belanda, satu Negara yang saya kiran punya nilai tersendiri untuk dihadapi Indonesia. Kenapa, karena Negara itu jelas sebuah Negara yang secara historis pernah mengeksploitasi tenaga leluhur kita di masa lalu.
Bukan karena pelajaran sejarah (PSPB masa SD dulu) semata yang jadikan Belanda seolah begitu menjengkelkan diri seharusnya. Tapi kala saya membaca tulisan Pram di tetralogi Pulau Buru, saya seolah melihat Belanda adalah semua penguasa saat ini yang begitu korup dan hanya berwacana keadilan saja semata untuk kepentingan kaumnya. Kalau dulu Belanda bersandiwara dalam hokum atas nama kulit putih, kini penguasa negeri ini dan para pembesarnya bermain di dunia hokum untuk partai dan golongannya. Sudahlah, Belanda sudah lama berlalu.
Walau di dunia politis saya menempatkan Belanda sebagai musuh, namun di dunia lain berdimensi sepakbola saya malah tertarik atas aksi mereka. Tak hanya Belanda, entah kenapa Jepang sang ekspenjajah negeri ini juga salah satu gacoan saya.
Okelah, esok Garuda (apapun nama mereka kini) akan bermain melawan Van Persie Cs. Saya memang realistis mengharapkan “pelajaran” dari Tim Oranye itu atas Tim Merah Putih yang katanya akan jadi Tim Putih Hijau itu. Yang saya rindukan adalah aksi di lapangan. Saya menyerah atas perdebatan ini tim ISL yang lebih jago dari IPL atau sebaliknya. Saya juga tak peduli DAH atau LNM yang ada di belakang layar terjadinya laga menarik ini. Yang saya tahu timnas akan bertanding esok, dan semoga 11 orang di lapangan itu bias menunjukkan sedikit kebanggan buat Indonesia.
Entah Boas Cs akan bersemangat historis atau tidak, namun saya harap laga ini bukan hanya memperbicangkan prosesi tukar kaos di peluit akhir wasit saja. Andik Cs mungkin tak punya masalah apapun dengan Belanda, tapi (walau sedikit chauvinisme) semoga dia bisa memberi senyum buat para arek Suroboyo era 45 di alam sana. Bukannya menyebarkan aroma permusuhan di dunia olahraga, tapi tentu akan menarik bila ada garam perseteruan antarleluhur di laga eksebisi ini.
Saya yakin bila pemuda nusantara puluhan tahun lalu akan bergolak darahnya kala berkesempatan unjuk gigi atas Belanda di hadapan dunia. Jangan biarkan laga ini berlalu dengan momen santai-santai saja. Jangan kalah dengan nama besar, apalagi mental terjajah peninggalan kolonialisme.
Saya terkadang heran dengan mental anak-anak bangsa ini yang berbalut Merah Putih selama ini. Oke di hadapan Arab Saudi kita kalah mental (kata teman sekantor saya yang frontal, mental TKI dan pembantu di hadapan majikan sering muncul di laga besar), tapi di depan Irak-yang tak tahu saya apa mereka punya asisten rumah tangga dari anak negeri kita dan saya piker Negara miskin karena perang-kok mental timnas kita juga mudah tertekan. Baru berhadapan dengan Negara pengguna jasa rakyat kecil kita sudah begitu, bagaimana menghadapi tim kelas dunia semacam Belanda yang secara historis malah mngeksploitasi keringat leluhur kita di masa lalu. Jadi, pertama, seriuslah di laga ini wahai Garuda. Kedua, singkirkan takutmu dan yakinlah bahwa ada hal lebih yang positif, yang  bisa kita tunjukkan di satu sisi apapun itu.

“Ke Pancoran ke rumah Nia
Jangan lupa membeli duku
Walau Van Persie memang jago dunia
Indonesia tetap jago di hatiku”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar