Jumat, 21 September 2012

Arrivederci Sepakbola PON

Baru saja selesai sebuah ajang sepakbola domestik yang punya status “benci-benci tapi rindu” bertajuk Sepakbola PON.
Benci karena dalam beberapa cerita yang berjalan banyak diwarnai cerita yang kurang wajar di dunia sepakbola. Ada juara kembar karena proses protes yang tak kunjung selesai sampai dipadamkannya api PON, ada pula kisah teranyar yang lucu: pergelaran nasional dilangsungkan tanpa melibatkan PSSI sebagai induk organisasi.
Dirindu karena pada akhirnya penantian pergelaran memang cukup panjang, sama dengan durasi perhelatan olimpiade, piala dunia, atau pun piala eropa.
Saya mengenal ajang ini dari umur sekolah dasar. Atas nama isu kedaerahan yang kuat sebagai orang batak, kala itu rumah saya begitu semarak dengan dukungan pada aksi Iwan Karo-karo untuk tim Sumut di PON 1989. Walaupun pada akhirnya saya tahu kalau Sumut bukan semata milik etnis batak, namun semangat kedaerahan tetap jadi isu yang membakar gelora dalam kisah-kisah PON selanjutnya.
Di ajang 2012 ini sesungguhnya saya tak banyak menyoroti PON. Selain saya tak tahu kalau ada siaran langsungnya di TV nasional, berita kekisruhan PON atas nama korupsi dan persiapan yang jauh panggang dari api lebih membahana. Terakhir yang saya soroti adalah masalah PSSI yang menarik diri dari PON dan digantikan wasit ISL.
Barulah saat membaca berita Topskor edisi Selasa lalu saya tahu kalau cabor sepakbola PON tetap digelar sampai hampir tuntas, dan aha…., tim kebanggaan semangat etnisitasku masih hidup samapai laga final yang digelar malam ini.
Entah kapan sepakbola PON mulai jadi ajang amatir saya tak tahu pasti. Mungkin seperti halnya olimpiade, FIFA juga memberi ajang olimpiade untuk gelaran pemain muda antarnegara dibanding piala dunia, PON juga memberi peluang buat para pemuda untuk unjuk kebolehan di level semisenior. Okelah, walau tak ada bintang besar semisal Iwan Karo-karo lagi di PON, yYang jelas PON kali ini akan menghasilkan nama-nama seperti Budi Sudarsono dan Okto Maniani tuk persepakbolaan Indonesia kelak.
Temuan saya di Topskor ternyata berjodoh dengan arahan remote TV saya yang secara tak sengaja mengantarkan sajian final PON di Global TV. Walau sebenarnya tak terlalu ingin menyaksikan, tapi mumpung punya waktu plus ada Sumut jadilah saya tonton.
Sumut kalah, walaupun tetap jadi juara tersering dengan 6 emas sebelumnya. Lewat gol di menit 105 Kaltim menjelma jadi peraih baru emas sepakbola PON. Selamat buat kalian Kaltim.
Hanya sekadar mengulas, takutnya nanti berlalu begitu saja tanpa catatan khusus.
Semoga akan lahir nama-nama besar baru dari PON kali ini. Walau sangat disayangkan takkan diakui PSSI sebagai ajng resmi. Sampai jumpa lagi PON. Di Aceh kan 2016?
Arrivederci…….
http://qodoq2000.blogspot.com/

19 September 2012 | 23:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar