Jumat, 21 September 2012

Saatnya Untuk Putus Asa

Kadang kala hati ini ingin acuh pada apa yang terjadi dalam sepakbola tanah air. Melihat apa yang terjadi berkepanjangan ini, rasanya ingin sekali tak memedulikan lagi apa yang terjadi di kisruhnya dunia sepakbola domestik ini.
Semuanya sebenarnya terang benderang antara siapa yang sebenarnya hendak mengasuh dan siapa yang hendak mengacaukan, tapi kehebatan gurita penghancur betul-betul merasuk dan jadi kanker yang tak bisa sepenunya dinetralkan dengan upaya kemoterapi sang pengasuh.
Waktu sudah berlarut, dan perlahan orang-orang yang tadinya peduli mundur atas nama waktu yang mulai habis dalam debat kusir dengan gurita busuk yang menjelma jadi garuda. Inilah yang sepertinya diharapkan oleh kubu lawan dalam peperangan ini.
Kubu pengasuh berupaya tuk mengakomodir kepentingan setiap pihak dengan porsinya masing-masing, sementara kubu penghancur berlagak hendak berdampingan walau hanya upaya mengulur waktu agar kubu lawan kehabisan logistik sebelum pertempuran yang sesungguhnya berlangsung.
Perlahan hati mulai jengah atas perseteruan yang tak kunjung berkonfrontasi secara langsung dan hanya berputar-putar malu dalam wacana tapi tak jua konkret menentukan siapa yang sebenarnya punya kekuatan.
Bagi saya yang kehabisan waktu menghadapi masalah ini dan banyak lagi yang seperti saya, yang terpenting kini adalah intervensi langsung dari induk regional, kontinental, dan dunia. Waktu sudah banyak habis. Tak perlu rasanya perundingan lebih lanjut, karena jelas salah satu kubu memang tak berniat islah sejak awal.
Hukuman FIFA atau apapun itu cepatlah turun, biarlah garuda menemui hakim untuk menetukan jati dirinya. Melawan ketidakbenaran memang suatu perjuangan mulia, tapi bila semua daya telah tersaji dan tak kunjung membuahkan hasil, ada kalanya kita harus legowo keluar dari medan pertempuran.

14 September 2012 | 11:50

Tidak ada komentar:

Posting Komentar