Lama tak nonton bola
Indonesia karena kisruh sepakbola nasional, kemarin sore saya iseng
menikmati sebuah laga ISL. Astaga, Persija dibantai 0-3 dari klub
semenjana yang baru pertama saya dengar, Persepam. Status Persija
sendiri adalah tuan rumah. Suatu hal yang miris bila melihat posisi di
klasemen (yang juga sudah lama tak saya perhatikan), Persija ada di
bawah sekali. Ini sebuah anomali bila melihat kiprah Macan Kemayoran
dalam 14 tahun terakhir.
Dulu Persija memang terseok di era awal Liga Indonesia (Dunhill-Kansas), raja Jakarta adalah Pelita Jaya. Saya ingat dulu, Persija membuat gebrakan era awal Bang Yos dengan membuat “dream team”. Pemirsa lama tentu ingat bagaimana Ansyari Lubis dan Kurniawan harus buat permintaan maaf kala menampik gagasan sang gubernur untuk begabung. Era Luciano Leandro dan Nur’alim pun mulai membahanakan Persija ke jajaran elite liga nasional. Walau cuma sekali juara di awal 2000-an, Persija selalu bertahan di jajaran elite sampai kemarin sore saya temukan kenyataan itu.
Sungguh saya jadi ingin bertemu beberapa kawan di kantor saya yang lama untuk sekadar melongok pendapat mereka tentang Persiaja, karena beberapa rekan di sana anggota Jakmania yang awet sejak lama. Saya mau dengar pendapat mereka, yang sepertinya baru kali ini melihat timnya jatuh bangun.
Dulu kala kami bicarakan bola nasional, seorang rekan di sana yang anggota Brajamusti pernah kami sindir akan kemilitanannya sementara PSIM cuma ada di level dua. Kawan Jakmania saya seolah sama seperti saya (yang PSMS lovers) mengira tim kebanggaan kami tak akan pernah merasakan posisi miris itu mengingat tim kami adalah jajaran top Tanah Air.
Yah, tak lama PSMS rontok di ISL jilid I, dan saya merasakan sulitnya berbangga akan sebuah tim yang tak punya capaian membanggakan. Kini Persija saya kira akan ikut rontok kalau suasana status quo sampai akhir musim. Pertanyaan saya, apa Jakmania akan siap menerima degradasi bila terus begini? Aremania mungkin sudah bisa melewati masa degradasi dan kembali ke level utama, bahkan juara. Bagaimana Persija, bagaimana Jakmania? Dan jauh lebih besar lagi, siapkah ISL kehilangan Persija di musim mendatang?
15 March 2013 | 08:46
Dulu Persija memang terseok di era awal Liga Indonesia (Dunhill-Kansas), raja Jakarta adalah Pelita Jaya. Saya ingat dulu, Persija membuat gebrakan era awal Bang Yos dengan membuat “dream team”. Pemirsa lama tentu ingat bagaimana Ansyari Lubis dan Kurniawan harus buat permintaan maaf kala menampik gagasan sang gubernur untuk begabung. Era Luciano Leandro dan Nur’alim pun mulai membahanakan Persija ke jajaran elite liga nasional. Walau cuma sekali juara di awal 2000-an, Persija selalu bertahan di jajaran elite sampai kemarin sore saya temukan kenyataan itu.
Sungguh saya jadi ingin bertemu beberapa kawan di kantor saya yang lama untuk sekadar melongok pendapat mereka tentang Persiaja, karena beberapa rekan di sana anggota Jakmania yang awet sejak lama. Saya mau dengar pendapat mereka, yang sepertinya baru kali ini melihat timnya jatuh bangun.
Dulu kala kami bicarakan bola nasional, seorang rekan di sana yang anggota Brajamusti pernah kami sindir akan kemilitanannya sementara PSIM cuma ada di level dua. Kawan Jakmania saya seolah sama seperti saya (yang PSMS lovers) mengira tim kebanggaan kami tak akan pernah merasakan posisi miris itu mengingat tim kami adalah jajaran top Tanah Air.
Yah, tak lama PSMS rontok di ISL jilid I, dan saya merasakan sulitnya berbangga akan sebuah tim yang tak punya capaian membanggakan. Kini Persija saya kira akan ikut rontok kalau suasana status quo sampai akhir musim. Pertanyaan saya, apa Jakmania akan siap menerima degradasi bila terus begini? Aremania mungkin sudah bisa melewati masa degradasi dan kembali ke level utama, bahkan juara. Bagaimana Persija, bagaimana Jakmania? Dan jauh lebih besar lagi, siapkah ISL kehilangan Persija di musim mendatang?
15 March 2013 | 08:46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar