Selasa, 20 Mei 2014

Asa Tiga Singa Tanpa Megabintang

Steven Gerrard, kapten timnas Inggris
Steven Gerrard, kapten timnas Inggris
Bila kita berbicara tentang sepakbola level tim nasional di era lalu, maka Inggris diperhitungkan menyangkut nama-nama besar yang ada di dalamnya. Tengok saja beberapa aksi mereka di beberapa gelaran Piala Dunia dan Piala Eropa. Negeri Pangeran Charles yang punya banyak konfederasi di Fifa ini bila kita mengingat gabungan Inggris Raya tentu punya potensi lebih besar jika disatukan. Namun sebagaimana kita ketahui, yang jauh menonjol tetap Inggris dengan Salib Merah di kain putih, dibanding Skotlandia, Irlandia, atau Wales.
Bicara soal Inggris yang di atas saya urai, kita tentu akan dengan mudah menyebut punggawanya yang banyak berseliweran di TV lewat gelaran Liga Inggris atau BPL saat ini. Dengan propaganda yang mendunia, nama besar Manchester United, Liverpool, Chelsea, atau Arsenal tentu membawa nama bintang berderet di skuad Inggris.
Sebut saja dulu Alan Shearer dari Newcastle begitu besar namanya; Man United punya Beckham, Neville, dll; atau punggawa Arsenal semisal Tony Adams sampai Sol Cambell. Seiring eksploitasi dunia dalam pengembangan liga oleh FA yang mengijinkan banyaknya bintang asing lintas negara bahkan lintasbenua, BPL kini diisi oleh banyak legion asing yang mulai menyita perhatian.
Maka belakangan mulai muncul krisis minimnya talenta local di timnas Inggris. Tim tiga singa ini mulai membentuk diri tanpa kualitas merata dari segi popularitas. Mengingat di dunia kini Messi dan Ronaldo yang jadi buah bibir, Inggris seperti tak punya potensi besar dari sisi individu pemainnya. Roy Hodgson yang sudah merancang skuat kembali memunculkan situasi minim nama besar di daftarnya. Selepas kupasan atas nama Gerrar, Lampard, atau Rooney; yang akan ikut memperkuat Inggris tinggallah bintang muda yang belum menyita perhatian dengan sinar redupnya.
Singkat kata, Inggris akan ke Brazil tanpa nama besar. Kalau sudah begini, yang diharapkan adalah permainan cantik yang betul-betul menonjolkan kolektivitas dan non-individu. Kita tunggu saja sejauh mana auman Tiga Singa yang harus kolektif menerkam mangsanya kali ini. Selamat dating Inggris di Piala Dunia 2014. Semoga keberuntungan mengikuti mereka tidak saja di saat babak tostosan menanti, tapi juga lewat kontroversi yang gol hantu yang sudah di antisipasi FIFA dengan teknologi garis gawang. Lampard, hajar lagi gawang lawanmu! (ds/ejr)
Kiper: Fraser Forster (Celtic), Ben Foster (West Bromwich Albion), Joe Hart (Manchester City).
Belakang: Leighton Baines (Everton), Gary Cahill (Chelsea), Phil Jagielka (Everton), Glen Johnson (Liverpool), Phil Jones (Manchester United), Luke Shaw (Southampton), Chris Smalling (Manchester United).
Tengah: Ross Barkley (Everton), Steven Gerrard (Liverpool), Jordan Henderson (Liverpool), Adam Lallana (Southampton), Frank Lampard (Chelsea), James Milner (Manchester City), Alex Oxlade-Chamberlain (Arsenal), Raheem Sterling (Liverpool), Jack Wilshere (Arsenal).
Depan: Rickie Lambert (Southampton), Wayne Rooney (Manchester United), Daniel Sturridge (Liverpool), Danny Welbeck (Manchester United).
Cadangan: John Ruddy (Norwich City), Jon Flanagan (Liverpool), John Stones (Everton), Michael Carrick (Manchester United), Tom Cleverley (Manchester United), Andy Carroll (West Ham United), Jermain Defoe (Toronto FC).

 http://football-indonesia.net/piala-dunia/asa-tiga-singa-tanpa-megabintang-56.html
 Rabu, 14 Mei 2014 10:35 

Apa Kabar Neymar ?

Neymar menuju Brasil 2014
Neymar menuju Brasil 2014
Setahun silam rasanya dunia sangat menantikan ledakan talenta baru dunia yang disebut-sebut akan jadi lebih harum ketimbang Messi dan Ronaldo. Di tengah persaingan kedua maestro aktor utama El Clasico saat itu Pele dan media dunia membesarkan nama pemain ini dengan pelbagai prestasinya.
Pada akhirnya dunia meminta pembuktian dengan meminta sang bintang terjun ke Eropa, di mana itulah tempatnya seseorang akan dihargai atau dicaci di dunia persepakbolaan. El Clasico sendiri sampai pada pertarungan memikat sang primadona dan diakhiri dengan kemenangan Barcelona mengikatnya.
Saat yang dinanti tiba, mamun sang bintang mulai meredup. Tak ada aksi menonjol, sang bintang mulai terjepit di bawah bayang-bayang Messi sang megabintang di klub, bahkan tak mampu menyita perhatian melebihi sensasi Ronaldo si CR7.
Brazil memang pabrik pemain bintang. Saya tak akan bicara soal Pele, Zico,  atau Socrates yang memang bukan dari era saya. Namun nama hebat yang berderet mulai dari Romario, Bebeto, Cafu, Dunga, Roberto Carlos, Denilson, Ronaldo (Nazario da Lima), Adriano, Rivaldo, Julio Cesar, Ronaldinho, hingga Kaka. Jajaran bintang itu dapat dikatakan masih terus berlanjut dengan nama kelas menengah semisal Hulk, Hernanes, atau David Luiz saat ini. Namun belakangan hegemoni yang mengarah pada duo bintang yang non-Brazil nampaknya membuat Pele kebakaran jenggot, apalagi Piala Dunia akan digelar di rumah sendiri.
Maka yang muncul bagi saya adalah sebuah pencitraan yang ditata sedemikian rupa namun belum berbuah pada saat yang diharapkan. Piala dunia ada di hadapan, namun elektabilitas fans untuk memilih Brazil dari sudut pandang muatan bintangnya tak jalan dengan menjual Neymar. Memang Brazil tetap diunggulkan, selain tuan rumah, mereka sudah membuktikan di Piala Konfederasi. Namun, untuk sebuah Negara yang timnya digilai dewasa ini Brazil mungkin belum sampai sana daya pikatnya.
Generasi kini mungkin dapat menemui pendukung Brazil di seluruh dunia, namun kebanyakan dari usia di atas 30 tahun, yang mungkin pernah melihat pesona Ronaldinho di Korea-Jepang dulu. Namun teruna muda kini tentu lebih melihat Argentina karena Messi, Portugal karena CR7, Spanyol karena 3 piala beruntunnya, dan tentu bukan Brazil karena Neymarnya.
Maka pertanyaan yang muncul di diri menjelang Piala Dunia di hadapan adalah: Neymar, bisakah kami lihat kebintanganmu sesungguhnya di rumahmu itu, atau kmu perlu waktu lebih lama, atau yang lebih mungkin adalah…. Cuma di situ kemampuanmu.
Selamat menikmati Piala Dunia, dengan Neymar tentunya. Selamat siang. (ds-ejr).


 http://football-indonesia.net/piala-dunia/apa-kabar-neymar-39.html
Selasa, 13 Mei 2014 14:04 

Liverpool, Kemenangan yang Tertunda (Lagi)

Sturridge mencetak gol di menit 65
Sturridge mencetak gol di menit 65
Seperti yang kita urai kemarin, akhirnya sejarah akan mencatat BPL sesuai fakta yang kita ketahui bersama. City juara dan akhirnya tak saja menguasai Manchester, tapi Inggris. Musim yang berlalu tanpa Fergie ini akhirnya komplet terjalani.
Sesuai judul saya, sorot akan saya arahkan pada kegagalan The Reds yang seakan sungguh membuang peluang di depan mata. Era Fergie berjalan dengan impotensi di pihak Liverpool. Sejak saya-dalam masa remaja-memantau Liga Inggris di pertengahan era 90-an dulu, Liverpool yang kita ketahui punya nama besar masa lalu mulai melempem dan tak berdaya.
Seingat saya, kala Alan Shearer membawa Blackburn juara saat itu Liverpool masih disegani. Memang nama besar itu masih ada hingga kini, namun Liverpool saat itu setara Madrid saat ini mungkin. Beberapa musim tak juara, namun punya potensi laten tuk kembali unggul. Jadi, era Robbie Fowler di saat itu masih menampakkan seksivitas Si Merah.
Namun setelah memasuki awal 2000-an, pertengahan, dan akhir dasawarsa pertama abad 21, Liverpool mulai makin rontok dan nampak hanya jadi penggembira. Era Owen yang hasilkan “treble winner kawe dua” (juara FA, Piala Liga, dan Piala UEFA) sepertinya jadi olok-olok di Inggris. Kala Gerrad dkk membuka mata dunia di final UCL lawan AC Milan, semua tetap memandang sebelah mata kesuksesan itu karena juara liga domestik tak kunjung terulang. Di era Fergie menguasai daratan Inggris setelah class of 92 mekar dan berbuah, analogi yang cocok untuk Liverpool mungkin adalah Inter Milan sebelum era Calciopoli terbongkar.
Waktu pun bergulir perlahan namun pasti. Akhir era Fergie pun tiba setelah juara terbanyak Inggris resmi direbut dari Liverpool. Kebanggaan domestik yang tertinggal hanyalah jumlah trofi Piala Champion yang masih belum terkejar Red Devils.
Musim ini memang bergulir tanpa ada ekspektasi akan kejutan dari Liverpool. Semua mata memandang Moyes dan Mourinho, di samping Palegrini yang punya pundi uang berlimpah. Bersama dengan Arsenal dan Tottenham, The Reds diperkirakan akan berebut posisi 4 sebagaimana biasa dalam dasawarsa terakhir.
Siapa nyana kalau Si Merah ini akhirnya menggeliat. Aksi Suarez yang sehebat Batistuta campur Di Canio, menurut saya memaksa perhatian dunia untuk menyambut kembalinya takdir sebagai tim juara mampir ke Anfield.
Bulan lalu, saya yang mengira Chelsea akan mengunci klasemen musim ini terhenyak akan aksi Skrtel dkk ini menggulingkan City dan unggul atas Chelsea. Tekat Gerrard yang akan menganggap setiap laa sisa sebagai final membuat saya mengubah prediksi saya bahwa memang tahun ini punya The Reds. Dunia juga mulai menggaungkan prediksi serupa.
Saat ini, di era awal tanpa Fergie, Si Merah yang lama dibungkam akan berteriak lantang dan raih juara. Agaknya persaingan dua klub merah ini akan semakin sengit di catatan sejarah. Lebih indah lagi kalau skenario juara dibarengi kegagalan sang rival menembus batas posisi ke Eropa. Well, kapan lagi saat yang indah kalau tak saat ini, itulah pikir saya untuk sebuah cerita menarik.
Tapi semua sepertinya runyam kala fakta di lapangan malah katakan sebaliknya. Chelsea malah merajut asanya di saat harusnya Anfield menelan mereka demi skenario seru tadi. Kekalahan yang bukan hanya membuat Chelsea mendekat, tapi membiarkan City melakukan coming from behind.
Kekecawaan fans Liverpool
Kekecawaan fans Liverpool
Dor, Liverpool gagal juara. Sejuta tangis fans mereka yang haus gelar terdengar. Kalaupun saya berhiperbola nampaknya secara harfiah memang sebanyak itu. Memang belum saat ini, memang bukan faktor Fergie, atau mungkin memang takdir juara sudah lama menjauh pergi.
Kemenangan tertunda, lagi dan lagi. Saya penasaran dengan respon Liverpool menerima semua ini. Akankah runner up dianggap prestasi yang akan ditingkatkan musim depan, ataukah makin banyak yang menjauh atas takdir baru sebagai “The Almost” dan bukan “The Champions”? (ds-ejr).


http://football-indonesia.net/ligainggris/liverpool-kemenangan-yang-tertunda-lagi-35.html
Selasa, 13 Mei 2014 0:49 

Bulan Biru Manchester untuk Inggris

VIncent Kompany mengangkat trofi Liga Inggris
VIncent Kompany mengangkat trofi Liga Inggris
Baru saja berakhir gelaran panjang BPL musim 2013-2014, dan pelbagai cerita tersaji dengan cukup dramatis. Akhirnya kita harus mengucap selamat pada sang juara dan mengetahui hasil perolehan setiap tim sepanang tahun putaran.
Kalau merunut gelaran kali ini, di awal mungkin yang jadi sorotan adalah Manchester United dan Chelsea. Seperti kita tahu, telah terjadi suksesi kepelatihan dari era Sir Fergie pada David Moyes. Setan merah juga punya debutan yang menarik dari hasil sesi rekrut, di mana masuknya Felaini dan Juan Mata memberi asa tersendiri pada era baru ini. Pun di kubu London Biru, kembalinya Mourinho seakan membangkitkan gairah, terutama akan kembalinya sosok Lampard yang merupakan anak emas The Special One jadi protagonis plus masuknya nama Samuel Eto’o..
Namun guliran cerita kemudian begitu dinamis. Arsenal yang banyak dikira sudah habis sempat menggigit di awal musim. Dengan aksi Ozil yang direkrut di detik akhir, Meriam London sungguh menjanjikan. Seakan kehadiran mereka di Senayan di masa rehat tengah tahun lalu sungguh sebuah start tim juara. Namun selepas tengah musim anak-anak Wenger jatuh perlahan tapi pasti dan muncullah Chelsea sebagai penguasa.
Sempat lama memimpin, Mou seakan-akan back to back dari mimpi lama sepuluh tahun silam. Kalau saja tak terkecoh dengan masalah tabungan jadwal, para penonton mungkin tertipu dengan jauhnya keunggulan The Blues hingga kuartal ketiga musim ini. Namun kembali kejatuhan menimpa dan Liverpool mulai menunjukkan aksi.
Siapa nyana anak-anak Brandon Rodger itu akan begitu menggigit musim ini. Walau sempat mengendur di pertengahan musim, di paruh akhir The Reds seakan akan mengunci juara setelah membantai City. Aksi Suarez dan Sterling seakan membangkitkan gairah belasan tahun para Liverpuldian yang telah haus gelar. Namun empat laga penutup muncullah drama itu. Kekalahan atas Chelsea di kandang sendiri sepakat kita materaikan sebagai kehancuran bagi The Reds.
Sungguh aneh kala 3 klub BPL yang datang ke Jakarta bergantian menguasai panggung namun kemudian terlempar. Pada akhirnya Manchester Citylah yang maju sebagai pemuncak.
Manuel Pelegrini berhasil menjadi juara di eropa
Manuel Pelegrini berhasil menjadi juara di eropa
Memulai awal musim dengan performa biasa saja, namun secara konsisten tim ini muncul dengan semangat tak kenal menyerah. Menabung beberapa jadwal seakan melenakan pemirsa BPL kalau ketertinggalan si Blue Moon ini di klasemen liga adalah ancaman bagi tim pemuncak. Manhester Biru juga tak lekas lempar handuk kala dibungkam Liverpool di laga krusial. Persis seperti kala Nicky Heyden jadi juara MotoGP, City hanya berusaha konsisten saja dan akhirnya juara. Tak ada kemenangan mencolok. Skor tipis namun konsisten menang dan tanpa aksi one man show anak-anak Pallegrini akhirnya angkat trofi baru saja.
Selamat buat City. Kalau saja mau menonton “There is only one Jimmy Grimble”, tentunya Anda akan sepakat untuk katakan Jimmy pasti gembira malam ini. Walau tak ada aksi dramatis Fergie Time model dua tahun lalu, titel kali ini menunjukkan sebuah bukti bahwa konsistensi lebih unggul dari sensasi, Bulan Biru kota Manchester bersinar malam ini ke seluruh Inggris.
Akan halnya tim sekota, sepertinya kita harus menungu musim depan untuk melihat Red Devil kembali bertaji. Semoga tak ada rekor baru lagi selepas Fergie. Gagal dapat tiket eropa saja sudah sebuah prestasi keji, apa mungkin akan lebih gila bila mereka terelegasi? Akh, sepertinya Inggris tak sekejam spanyol untuk melempar timnya dari pucuk divisi atas ke pangkal divisi di bawahnya.
Sampai jumpa musim depan, mari sambut aksi aktor BPL di Piala Dunia yang sudah di depan mata. (ds-ejr).

berandal

sudah nonton the raid? kalau ya pasti anda akan penasaran pada sekuelnya yang kedua: berandal. kalau tak penasaran, berarti selera anda gak pasaran kayak saya, hehehe....

pingin kasih catatan atas film ini, tapi mohon maaf pada para stakeholder merantau film dll, karena saya menikmatinya secara ilegal. saya dah ngaku ney, jangan diapa-apain yah.
kemarin seorang rekan menunjukkan kopi film ini di laptopnya, masih jelek sih. kualitasnya cam. artinya itu rekaman handycam tapi sudah dikawinkan dengan audio yang bersih hasil kopi dari audio bioskop kata para filmmania di forum kaskus atau indofiles...
singkat kata, karena tak sempat ke bioskop saya lepas penasaran lewat kloningan kopian tadi di flashdisk saya.

dahsyat, itu kesan saya kalau disuruh membandingkan dengan film lokal. yah, secara visual screen saya tak akan bahas karena saya konsumsi bajakan, tapi jelas film ini setara holywood deh dalam menyajikan aksinya.
sadis memang dan tak direkomendasikan buat yang belum dewasa secara umur dan pemahaman. selain darah, luka, dan perkelahian yang muncul; bahasa yang digunakan cukup vulgar dan kotor-walau itu jelas realistis dengan kehidupan jalanan dewasa ini.
sedikit banyak nilai sosial dunia hitam dapat kita sadari memang begitu adanya dalam film ini.
film ini juga bak "the expendable"-nya indonesia kala menampilkan aktor lawas sejak sekuel awalnya yang jelas punya nama semisal ray sahetapi dulu dan barisa tio pakusodewo-roy marteen-cok simbara-atau pong harjatmo untuk mendampingi aksi menjual silat ke dunia ala ikko uwais.
seru itu terbawa hingga siang ini, karena saya menonton film berdurasi setara lort of the ring (2 jam 25 menitan) ini secara kredit. setelah duapertiga film siang kemarin dan semalam malah ketiduran, subuh tadi sebelum mandi saya lanjutkan sampe habis.
memang sih gak sepenuhnya sempurna. kalau garis komando polisi yang hilang di film pertama, di berandal saya bingung dengan salju yang ada di set jakarta kala koso dibantai. julie estelle si hummergirl juga gila bin ajaib.
seru!

6 May 2014 at 08:08

un bahasa indonesia...

pesanku pada siswaku pekan lalu: tak ada yang perlu dihafal, tak ada yang perlu ditakutkan, cukup istirahatkan otak dari penat sehari sebelumnya lalu siapkan diri untuk mau membaca.

yah, soal bahasa indonesia itu cuma modal membaca. kalau suka detektif conan, secara analogi maka ujian nasional tak jauh dari itu.
baca tiap soal perlahan, setelah paham soalnya silakan baca wacananya dengan penuh selidik. kalau bukan soalnya salah, pasti ketemu yang dimaksud sang pembuat soal.
tak perlu beli kunci jawaban, juga tak peduli ada berapa ribu paket soal karena cuma 1 yang ada di hadapan yang jadi tantangan.

***

persiapannya tak sulit, pasti 80 siswa saya dapat lakukan itu selama orangtua mendukung...

***

tapi hari ini sebagai pengawas saya agak jengah. petunjuk teknis mengatakan kalau soal tak boleh dipisah-pisahkan karena satu bundel sudah paten dengan lembar jawaban yang ber-barcode; yang akan runyam bila terpisah lalu tertukar.
yang kami temui setelah jadi agen cia atau bin dadakan (biasanya cuma agen cia atau bin yang bisa membuka dokumen negara tersegel bertulis "sangat rahasia"), adalah tumpukan bundelan berbarcode plus satu tumpukan bundel soal lainnya plus satu juklak dadakan yang tak pernah masuk materi briefing.
bundel berselubung ljk berisi soal beragam antara nomor 12-38 dan dikategorikan "bercover" lalu bundel lain berisi soal no 1-12 plus 38-50 dan dinamai soal "tak bercover".
siswa harus mengerjakan semua soal tak bercover dan yang relatif seragam dan menambal sisa soal miliknya dari soal bercover. manakala didapati soal ganda misalnya soal bercover dimulai dari nomor 11, maka kerjakan soal nomor 11 dari lembar tak bercover. masalahnya isi soal tak bercover beragam, ada yang dimulai dari nomor 14 dan ada yang diakhiri nomor 37, hasilnya beberapa siswa tak mmiliki soal nomor 13 atau 38.
kami para pengawas bingung dan diredakan dengan petunjuk untuk memberi catatan dalam berita acara saja.
bingung baca gurat saya? tapi itulah terjadi.
katanya sih ini karena revisi karena kata "jokowi".

 nah, inikan juga membingungkan siswa. berkali-kali mereka bertanya. walau dijawab mereka kembali bertanya. nah, bagaimana dengan siswa saya di sekolah. adakah konsentrasi mereka terjaga atas semua kisruh ini? bagaimana jawab pemerintah menjelaskan semua ini. inilah kalau masalah politis dipaksakan di dunia pendidikan. tapi kalau desas-desus revisi itu tak benar, alangkah buruknya dinas pendidikan yang tak pernah memberi juklak ini di beberapa tryout resmi plus briefing para pemangku kepentingan di sekolah??

5 May 2014 at 09:33

sabtu akhir april

momen itu datang lagi,
sabtu terakhir bulan april

kini banyak tawa di sisi
walau sempat mencoba menepi dari bidadari hati yang jadi bekalNya buatku

bunda mungkin sebal dengan lariku
padahal putri sudah ada jadi pengganti
tapi tetap ada hampa yang paksa diri mengenang yang hilang...

setahun silam rasa ini kami jalani dalam bisu di rumah
isak masih muncul, namun harap mulai menyelimuti
kami tahu Tuhan akan kembalikan senyum kami
namun tanya masih muncul:
kenapa dia direngut dari kami....

sabtu terakhir bulan april kami itu...
tangis bahagia pecah di ruang tindakan di awal hari yang baru lepas tengah malam
dalam bimbangku karena sosok cantik itu lahir tak menangis
sang nenek menguatkanku hingga pecahlah tangis penanda hadirnya di dunia

paramedis bertindak dan kembalilah ketenangan
dokter mempersilakan membisikkan doa di telinganya
maka kini kami telah tiga....

sukacita menggegap dan semua juang selesai sesaat dalam kemenangan.
bayi itu tidur walau harus dibantu inkubator
sang bunda pun nampak bugar
rasa kantuk menguasai dan diri jatuh dalam tidur yang akan disusul kokok ayam
walau sebentar, itulah tidurku paling nikmat sepanjang hidup

kami menang...

pagi itu semua larut dalam euforia
nyaman walau malaikat kecilku menyambut kunjung dengan tangisan
dalam kenyamanan berselimut ketidaktahuan
kami bersiap tidur membayar kantuk di siang terik
tak sadar kalau itulah suara tangis terakhirnya

lewat tengah hari datanglah kabar itu
sang malaikat drop dan kami diliputi kecemasan

dalam doa yang terputus akan bimbang bodoh kami
tepat di hadapan kami berdua
vonis jatuh atas kami
sang malaikat cantik pergi tanpa melewati hari secara penuh...

tanya terus tersemai
mengapa harus terjadi

****

Tuhan memang membayarnya setahun berlalu
namun hati terus bertanya
kenapa harus terjadi
kenapa harus kami
kenapa harus saat kami mengira kemenangan telah di tangan

kau tentu bahagia di sana sayangku
namun sabtu terakhir di bulan april takkan kami lupa

we love you, baby!!


26 April 2014 at 15:23

kalau pemimpin baik terpilih, siapkah kau?

kalau pemimpin baik terpilih...
siapkah kau tuk tak korupsi
siapkah kau tuk tak manfaatkan posisi
siapkah kau tuk tak bisa kolusi
siapkah kau tak bisa main anggaran lagi
siapkah kau jalani aturan yang saklek
siapkah kau dihukum bila langgar aturan
siapkah kau jika tak bisa main belakang
siapkah kau kalau disangsi kala lalaikan tugas
siapkah kau bila dipotong pendapatan bila tak mampu penuhi kesepakatan
siapkah kau jika tak bisa ngentit lagi
siapkah kau kalau tak bisa pakai pelicin lagi
siapkah kau dihukum saat coba lakukan jalur nonproserud kala perlu
siapkah kau diterabas saat salah jalankan kebijakan.....

saya siap.... berharap kalian pun siap....

tapi bila tidak,
mari memilih pemimpin santai yang jaga stabilitas semata...
stabil, korupsi tetap jalan
stabil, bisa ngentit uang negara
stabil, sambil mainkah amanat umat
stabil, sambil berbagi pustun cantik
stabil, sambil biarkan yang lemah dibantai
stabil, sambil menculik yang melawan
stabil, sambil atur proyek negeri tuk kantong sendiri
stabil, walau yang lemah dibiarkan mati
stabil, walau para buruh migran digagahi
stabil, walau tki pembela diri dihukum mati
stabil, walau narkoba merusak negeri
stabil, tapi diam-diam gadai negeri pada asing
stabil, tapi hukum buat mainan para pengacara kondang
stabil, tapi undang-undang hanya pemanis negeri
stabil, tapi daerah terpencil dilupakan
stabil, namun tentaranya harus bertahan tanpa alutsista mumpuni
stabil, namun polisinya tilang sana-sini untuk nasi
stabil, namun petugas pajaknya main belakang
stabil, namun camat-lurah-rt-rw terus sedot pungli dari rakyat
stabil, namun para pemudanya digamangi un yang penuh masalah
stabil, walau mendirikan rumah ibadah saja susah
stabil, walau negeri dikuasai raja-raja kecil di daerah
stabil, walau ormas liar dibiarkan langkahi penegak hukum
stabil, walau pangan saja dikerjai
stabil, eh bbm dimainkan untuk popularitas
stabil, eh rakyat miskin dibodohi dengan uang cepekan
stabil, dan para priyayi nyaman bekerja walau terus lalai

gimana


22 April 2014 at 12:20