momen itu datang lagi,
sabtu terakhir bulan april
kini banyak tawa di sisi
walau sempat mencoba menepi dari bidadari hati yang jadi bekalNya buatku
bunda mungkin sebal dengan lariku
padahal putri sudah ada jadi pengganti
tapi tetap ada hampa yang paksa diri mengenang yang hilang...
setahun silam rasa ini kami jalani dalam bisu di rumah
isak masih muncul, namun harap mulai menyelimuti
kami tahu Tuhan akan kembalikan senyum kami
namun tanya masih muncul:
kenapa dia direngut dari kami....
sabtu terakhir bulan april kami itu...
tangis bahagia pecah di ruang tindakan di awal hari yang baru lepas tengah malam
dalam bimbangku karena sosok cantik itu lahir tak menangis
sang nenek menguatkanku hingga pecahlah tangis penanda hadirnya di dunia
paramedis bertindak dan kembalilah ketenangan
dokter mempersilakan membisikkan doa di telinganya
maka kini kami telah tiga....
sukacita menggegap dan semua juang selesai sesaat dalam kemenangan.
bayi itu tidur walau harus dibantu inkubator
sang bunda pun nampak bugar
rasa kantuk menguasai dan diri jatuh dalam tidur yang akan disusul kokok ayam
walau sebentar, itulah tidurku paling nikmat sepanjang hidup
kami menang...
pagi itu semua larut dalam euforia
nyaman walau malaikat kecilku menyambut kunjung dengan tangisan
dalam kenyamanan berselimut ketidaktahuan
kami bersiap tidur membayar kantuk di siang terik
tak sadar kalau itulah suara tangis terakhirnya
lewat tengah hari datanglah kabar itu
sang malaikat drop dan kami diliputi kecemasan
dalam doa yang terputus akan bimbang bodoh kami
tepat di hadapan kami berdua
vonis jatuh atas kami
sang malaikat cantik pergi tanpa melewati hari secara penuh...
tanya terus tersemai
mengapa harus terjadi
****
Tuhan memang membayarnya setahun berlalu
namun hati terus bertanya
kenapa harus terjadi
kenapa harus kami
kenapa harus saat kami mengira kemenangan telah di tangan
kau tentu bahagia di sana sayangku
namun sabtu terakhir di bulan april takkan kami lupa
we love you, baby!!
26 April 2014 at 15:23
sabtu terakhir bulan april
kini banyak tawa di sisi
walau sempat mencoba menepi dari bidadari hati yang jadi bekalNya buatku
bunda mungkin sebal dengan lariku
padahal putri sudah ada jadi pengganti
tapi tetap ada hampa yang paksa diri mengenang yang hilang...
setahun silam rasa ini kami jalani dalam bisu di rumah
isak masih muncul, namun harap mulai menyelimuti
kami tahu Tuhan akan kembalikan senyum kami
namun tanya masih muncul:
kenapa dia direngut dari kami....
sabtu terakhir bulan april kami itu...
tangis bahagia pecah di ruang tindakan di awal hari yang baru lepas tengah malam
dalam bimbangku karena sosok cantik itu lahir tak menangis
sang nenek menguatkanku hingga pecahlah tangis penanda hadirnya di dunia
paramedis bertindak dan kembalilah ketenangan
dokter mempersilakan membisikkan doa di telinganya
maka kini kami telah tiga....
sukacita menggegap dan semua juang selesai sesaat dalam kemenangan.
bayi itu tidur walau harus dibantu inkubator
sang bunda pun nampak bugar
rasa kantuk menguasai dan diri jatuh dalam tidur yang akan disusul kokok ayam
walau sebentar, itulah tidurku paling nikmat sepanjang hidup
kami menang...
pagi itu semua larut dalam euforia
nyaman walau malaikat kecilku menyambut kunjung dengan tangisan
dalam kenyamanan berselimut ketidaktahuan
kami bersiap tidur membayar kantuk di siang terik
tak sadar kalau itulah suara tangis terakhirnya
lewat tengah hari datanglah kabar itu
sang malaikat drop dan kami diliputi kecemasan
dalam doa yang terputus akan bimbang bodoh kami
tepat di hadapan kami berdua
vonis jatuh atas kami
sang malaikat cantik pergi tanpa melewati hari secara penuh...
tanya terus tersemai
mengapa harus terjadi
****
Tuhan memang membayarnya setahun berlalu
namun hati terus bertanya
kenapa harus terjadi
kenapa harus kami
kenapa harus saat kami mengira kemenangan telah di tangan
kau tentu bahagia di sana sayangku
namun sabtu terakhir di bulan april takkan kami lupa
we love you, baby!!
26 April 2014 at 15:23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar