pesanku
pada siswaku pekan lalu: tak ada yang perlu dihafal, tak ada yang perlu
ditakutkan, cukup istirahatkan otak dari penat sehari sebelumnya lalu
siapkan diri untuk mau membaca.
yah, soal bahasa indonesia itu cuma modal membaca. kalau suka detektif conan, secara analogi maka ujian nasional tak jauh dari itu.
baca tiap soal perlahan, setelah paham soalnya silakan baca wacananya dengan penuh selidik. kalau bukan soalnya salah, pasti ketemu yang dimaksud sang pembuat soal.
tak perlu beli kunci jawaban, juga tak peduli ada berapa ribu paket soal karena cuma 1 yang ada di hadapan yang jadi tantangan.
***
persiapannya tak sulit, pasti 80 siswa saya dapat lakukan itu selama orangtua mendukung...
***
tapi hari ini sebagai pengawas saya agak jengah. petunjuk teknis mengatakan kalau soal tak boleh dipisah-pisahkan karena satu bundel sudah paten dengan lembar jawaban yang ber-barcode; yang akan runyam bila terpisah lalu tertukar.
yang kami temui setelah jadi agen cia atau bin dadakan (biasanya cuma agen cia atau bin yang bisa membuka dokumen negara tersegel bertulis "sangat rahasia"), adalah tumpukan bundelan berbarcode plus satu tumpukan bundel soal lainnya plus satu juklak dadakan yang tak pernah masuk materi briefing.
bundel berselubung ljk berisi soal beragam antara nomor 12-38 dan dikategorikan "bercover" lalu bundel lain berisi soal no 1-12 plus 38-50 dan dinamai soal "tak bercover".
siswa harus mengerjakan semua soal tak bercover dan yang relatif seragam dan menambal sisa soal miliknya dari soal bercover. manakala didapati soal ganda misalnya soal bercover dimulai dari nomor 11, maka kerjakan soal nomor 11 dari lembar tak bercover. masalahnya isi soal tak bercover beragam, ada yang dimulai dari nomor 14 dan ada yang diakhiri nomor 37, hasilnya beberapa siswa tak mmiliki soal nomor 13 atau 38.
kami para pengawas bingung dan diredakan dengan petunjuk untuk memberi catatan dalam berita acara saja.
bingung baca gurat saya? tapi itulah terjadi.
katanya sih ini karena revisi karena kata "jokowi".
nah, inikan juga membingungkan siswa. berkali-kali mereka bertanya. walau dijawab mereka kembali bertanya. nah, bagaimana dengan siswa saya di sekolah. adakah konsentrasi mereka terjaga atas semua kisruh ini? bagaimana jawab pemerintah menjelaskan semua ini. inilah kalau masalah politis dipaksakan di dunia pendidikan. tapi kalau desas-desus revisi itu tak benar, alangkah buruknya dinas pendidikan yang tak pernah memberi juklak ini di beberapa tryout resmi plus briefing para pemangku kepentingan di sekolah??
5 May 2014 at 09:33
yah, soal bahasa indonesia itu cuma modal membaca. kalau suka detektif conan, secara analogi maka ujian nasional tak jauh dari itu.
baca tiap soal perlahan, setelah paham soalnya silakan baca wacananya dengan penuh selidik. kalau bukan soalnya salah, pasti ketemu yang dimaksud sang pembuat soal.
tak perlu beli kunci jawaban, juga tak peduli ada berapa ribu paket soal karena cuma 1 yang ada di hadapan yang jadi tantangan.
***
persiapannya tak sulit, pasti 80 siswa saya dapat lakukan itu selama orangtua mendukung...
***
tapi hari ini sebagai pengawas saya agak jengah. petunjuk teknis mengatakan kalau soal tak boleh dipisah-pisahkan karena satu bundel sudah paten dengan lembar jawaban yang ber-barcode; yang akan runyam bila terpisah lalu tertukar.
yang kami temui setelah jadi agen cia atau bin dadakan (biasanya cuma agen cia atau bin yang bisa membuka dokumen negara tersegel bertulis "sangat rahasia"), adalah tumpukan bundelan berbarcode plus satu tumpukan bundel soal lainnya plus satu juklak dadakan yang tak pernah masuk materi briefing.
bundel berselubung ljk berisi soal beragam antara nomor 12-38 dan dikategorikan "bercover" lalu bundel lain berisi soal no 1-12 plus 38-50 dan dinamai soal "tak bercover".
siswa harus mengerjakan semua soal tak bercover dan yang relatif seragam dan menambal sisa soal miliknya dari soal bercover. manakala didapati soal ganda misalnya soal bercover dimulai dari nomor 11, maka kerjakan soal nomor 11 dari lembar tak bercover. masalahnya isi soal tak bercover beragam, ada yang dimulai dari nomor 14 dan ada yang diakhiri nomor 37, hasilnya beberapa siswa tak mmiliki soal nomor 13 atau 38.
kami para pengawas bingung dan diredakan dengan petunjuk untuk memberi catatan dalam berita acara saja.
bingung baca gurat saya? tapi itulah terjadi.
katanya sih ini karena revisi karena kata "jokowi".
nah, inikan juga membingungkan siswa. berkali-kali mereka bertanya. walau dijawab mereka kembali bertanya. nah, bagaimana dengan siswa saya di sekolah. adakah konsentrasi mereka terjaga atas semua kisruh ini? bagaimana jawab pemerintah menjelaskan semua ini. inilah kalau masalah politis dipaksakan di dunia pendidikan. tapi kalau desas-desus revisi itu tak benar, alangkah buruknya dinas pendidikan yang tak pernah memberi juklak ini di beberapa tryout resmi plus briefing para pemangku kepentingan di sekolah??
5 May 2014 at 09:33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar