Selasa, 20 Mei 2014

Bulan Biru Manchester untuk Inggris

VIncent Kompany mengangkat trofi Liga Inggris
VIncent Kompany mengangkat trofi Liga Inggris
Baru saja berakhir gelaran panjang BPL musim 2013-2014, dan pelbagai cerita tersaji dengan cukup dramatis. Akhirnya kita harus mengucap selamat pada sang juara dan mengetahui hasil perolehan setiap tim sepanang tahun putaran.
Kalau merunut gelaran kali ini, di awal mungkin yang jadi sorotan adalah Manchester United dan Chelsea. Seperti kita tahu, telah terjadi suksesi kepelatihan dari era Sir Fergie pada David Moyes. Setan merah juga punya debutan yang menarik dari hasil sesi rekrut, di mana masuknya Felaini dan Juan Mata memberi asa tersendiri pada era baru ini. Pun di kubu London Biru, kembalinya Mourinho seakan membangkitkan gairah, terutama akan kembalinya sosok Lampard yang merupakan anak emas The Special One jadi protagonis plus masuknya nama Samuel Eto’o..
Namun guliran cerita kemudian begitu dinamis. Arsenal yang banyak dikira sudah habis sempat menggigit di awal musim. Dengan aksi Ozil yang direkrut di detik akhir, Meriam London sungguh menjanjikan. Seakan kehadiran mereka di Senayan di masa rehat tengah tahun lalu sungguh sebuah start tim juara. Namun selepas tengah musim anak-anak Wenger jatuh perlahan tapi pasti dan muncullah Chelsea sebagai penguasa.
Sempat lama memimpin, Mou seakan-akan back to back dari mimpi lama sepuluh tahun silam. Kalau saja tak terkecoh dengan masalah tabungan jadwal, para penonton mungkin tertipu dengan jauhnya keunggulan The Blues hingga kuartal ketiga musim ini. Namun kembali kejatuhan menimpa dan Liverpool mulai menunjukkan aksi.
Siapa nyana anak-anak Brandon Rodger itu akan begitu menggigit musim ini. Walau sempat mengendur di pertengahan musim, di paruh akhir The Reds seakan akan mengunci juara setelah membantai City. Aksi Suarez dan Sterling seakan membangkitkan gairah belasan tahun para Liverpuldian yang telah haus gelar. Namun empat laga penutup muncullah drama itu. Kekalahan atas Chelsea di kandang sendiri sepakat kita materaikan sebagai kehancuran bagi The Reds.
Sungguh aneh kala 3 klub BPL yang datang ke Jakarta bergantian menguasai panggung namun kemudian terlempar. Pada akhirnya Manchester Citylah yang maju sebagai pemuncak.
Manuel Pelegrini berhasil menjadi juara di eropa
Manuel Pelegrini berhasil menjadi juara di eropa
Memulai awal musim dengan performa biasa saja, namun secara konsisten tim ini muncul dengan semangat tak kenal menyerah. Menabung beberapa jadwal seakan melenakan pemirsa BPL kalau ketertinggalan si Blue Moon ini di klasemen liga adalah ancaman bagi tim pemuncak. Manhester Biru juga tak lekas lempar handuk kala dibungkam Liverpool di laga krusial. Persis seperti kala Nicky Heyden jadi juara MotoGP, City hanya berusaha konsisten saja dan akhirnya juara. Tak ada kemenangan mencolok. Skor tipis namun konsisten menang dan tanpa aksi one man show anak-anak Pallegrini akhirnya angkat trofi baru saja.
Selamat buat City. Kalau saja mau menonton “There is only one Jimmy Grimble”, tentunya Anda akan sepakat untuk katakan Jimmy pasti gembira malam ini. Walau tak ada aksi dramatis Fergie Time model dua tahun lalu, titel kali ini menunjukkan sebuah bukti bahwa konsistensi lebih unggul dari sensasi, Bulan Biru kota Manchester bersinar malam ini ke seluruh Inggris.
Akan halnya tim sekota, sepertinya kita harus menungu musim depan untuk melihat Red Devil kembali bertaji. Semoga tak ada rekor baru lagi selepas Fergie. Gagal dapat tiket eropa saja sudah sebuah prestasi keji, apa mungkin akan lebih gila bila mereka terelegasi? Akh, sepertinya Inggris tak sekejam spanyol untuk melempar timnya dari pucuk divisi atas ke pangkal divisi di bawahnya.
Sampai jumpa musim depan, mari sambut aksi aktor BPL di Piala Dunia yang sudah di depan mata. (ds-ejr).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar