Minggu, 06 Juli 2014

Piala Dunia : Perempat Final – Brazil Vs Kolombia – Pertaruhan Harga Diri Latin

Julio Cesar (abu-abu) akankah kembali menjadi pahlawan Brazil melawan Kolombia
Julio Cesar (abu-abu) akankah kembali menjadi pahlawan Brazil melawan Kolombia
Estadeo Castelao, Fortaleza, Brazil adalah tempat dunia menyorotkan perhatiannya pada pertarungan besar saling bunuh antartim Latin di perempat final Piala Dunia Brazil 2014. Adalah sang tuan rumah Brazil dengan sejuta pesona dan faktor nonteknis yang menjadi bumbu kisah mereka yang akan mempertaruhkan segala asanya melawan tim kejutan Kolombia. Wasit Spanyol Carlos Velasco akan bertindak sebagai pengadil di laga ini.
Bicara soal Brazil, siapa yang tak mengenal negeri ini menyangkut sepakbolanya. Mereka punya Pele, Socrates, Zico, Romario, Bebeto, Ronaldo, Dunga, Denilson, Rivaldo, Ronaldinho, Kaka, Robinho, Fabiano, dan deret bintang lainnya yang bahkan membuat nama sebesar Jardel atau Elber tak jadi legenda saking hebatnya talenta sepakbola negeri itu. Tanpa bertanding di negerinya sendiri pun Brazil adalah sebuah kekuatan yang ditakuti lawan dan dipuja-puji publik seantero dunia.
Soal pencapaian, jangan ditanya. Tim Selecao adalah satu-satunya negara dengan lima bintang di emblem mereka yang menandai pencapaian mereka di sepanjang sejarah piala dunia. Namun selepas juara dengan mengalahkan Jerman di Korea Selatan-Jepang 2002 lalu, perempat final adalah pencapaian akhir Brazil di Jerman 2006 dan Afrika Selatan 2010. Kekalahan 0-1 atas Prancis dan 1-2 atas Belanda pada 2006 dan 2010 harus dijadikan cambuk bagi diri para punggawa Brazil untuk memeroleh pencapaian lebih tinggi di rumah sendiri.
Namun soal mengulangi kisash indah 12 tahun silam atau melebihi langkah perempat final Brazil perlu upaya lebih lagi. Bertumpu pada satu nama Neymar di lini depan saja, Brazil seakan mengulang kisah Luis Fabiano di Afsel 2010 lalu. Belum ada sosok alternatif yang bisa jadi jalan tengah manakala terjadi kebuntuan. Seakan Brazil kini jadi Brazil minim bintang dibanding era lalu. Wajar memang bila sebuah regenerasi ala pelatih Scholari ini punya gayanya sendiri, namun pencapaian mereka sungguh mengkhawatirkan sebagai tim unggulan.
Hampir buntu dan perlu triger dari hadiah penalti kala melawan Kroasia di partai pembuka saat menang 3-1, Brazil nampak buntu menghadapi tim dengan presing ketat Meksiko dan berakhir 0-0. Walau beroleh kemenangan besar 4-1 kontra Kamerun, laga ketiga Brazil tak banyak dibicarakan karena terjadi atas tim tanpa harapan lolos ke 16 besar. Terakhir di perdelapan final Fred cs hanya menang adu keberuntungan dari titik putih melawan Alexis Sanchez cs kala bermain dengan tim penuh semangat Chile. Banyak yang merasa Brazil tak layak menang di laga itu sesungguhnya.
Namun inilah Brazil, tim masternya turnamen dunia. Kali ini yang menjadi lawan adalah negeri tetangganya, Kolombia. Melihat kisah Kolombia sejauh ini, publik Brazil bisa jumawa dengan pencapaian mereka. Sungguh Kolombia bukan apa-apa dibanding Brazil.
Kolombia baru lima kali lolos ke putaran final piala dunia. Kala Brazil jadi juara untuk kedua kalinya di Chile 1962, Kolombia baru berdebut dan hanya jadi juru kunci Grup 1. Francisco Zuluagha dkk saat itu jadi pahlawan Kolombia hanya atas dasar bisa tampil di Chile semata. Kolombia juga harus menunggu lama untuk kembali lagi pada Italia 1990. Di era itu Carlos Valderrama cs punya pencapaian terhebat mereka, lolos ke 16 besar. Di Amerika Serikat 1994 dan Prancis 1998 Kolombia kembali hanya beredar di fase grup. Setelahnya, Kolombia tak pernah ambil bagian.
Brazil 2014 ini adalah ajang kembalinya Kolombia ke level utama sepakbola dunia setelah menghilang 16 tahun lamanya. Di bawah asuhan Jose Pekerman, Mario Yepes cs sesungguhnya tak terlalu diperhitungkan. Kehilangan bintang utama mereka di fase kualifikasi yang juga bermain memikat di eropa Radamel Falcao adalah awal kisahnya. Dengan keberadaan Falcao saja predikat Kolombia hanya kuda hitam, bagaimana bila tanpa sang bintang?
Kolombia beruntung berada di grup lunak bersama lawan yang relatif setara kekuatannya. Melawan Yunani Juan Cuadrado dkk berpesta 3-0. Menghadapi Pantai Gading, Fredy Guarin cs menang 2-1 dan memastikan tiket 16 besar. Lalu melawan Jepang Jackson Martinez mengajak Kolombia berpesta 4-1 untuk menyamai pencapaian Valderrama di Italia 1990. Berbekal denga tiga kemenangan yang membuat tim seakan sudah “nyetel” tak ada kesulitan buat Kolombia menelan Uruguay dengan dua gol dari sang bintang utama di Brazil 2014: James Rodriguez.
Lenyapnya nama Falcao ternyata jadi berkah tersendiri bagi playmaker murni Kolombia ini. Pesona Kolombia terpancar atas lima gol yang sudah ditoreh pemain termahal Ligue 1 Prancis itu saat dibeli Monaco dari Porto.
Melawan Brazil di perempat final yang artinya sudah mencapai langkah lebih maju Kolombia sepanjang masa, Kolombia diunggulkan atas dasar pesona mereka di empat pertandingan yang dirain dengan hasil sempurna. Inilah kebanggaan Kolombia yang patut dicemaskan publik Brazil. Mungkinkah tim yang sedang on fire ini menjadikan Brazil sebagai mangsa mereka selanjutnya di era emas ini?
Fans Brazil bisa saja berkilah kalau pencapaian Kolombia diraih atas tim semenjana. Namun perlu diingat pula bahwa Brazil juga menemui tim semenjana lainnya di time line mereka namun senantiasa kesulitan. Menarik menyaksikan dua tim Lati yang sama-sama menyingkirkan tim Latin lainnya di 16 besar ini. Keduanya memang sudah sering bertemu di ranah Conmebol dengan keunggulan mutlak bagi Brazil. Namun jangan bicara masa lalu dalam pertandingan, saat ada era hebat di Kolombia, maka mudahnya peluang masih 50:50 sebelum laga ini digelar.
Bicara nilai historis memang Brazil unggul,  namun Football-Indonesia.net tak menemukan sinkronisasi historisme Brazil dengan pengalaman para punggawanya. Bukankah deret anak muda Brazil dalam diri Oscar, Neymar, David Luiz, dll jua baru berdebut di piala dunia? Faktor tuan rumah juga bisa jadi bumerang bila malah mengintimidasi para atlet di lapangan. Kolombia sendiri juga tak lepas dari faktor nonteknis. Euforia delapan besar tak boleh memengaruhi mereka secara negatif. Menarik menyaksikan laga ini pada Sabtu (5/7) dinihari WIB.
Prediksi FI
Brazil 0-Kolombia 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar