Senin, 02 Juni 2014

Honduras : Kekuatan Baru dari Utara

Kali ini saya hendak berkisah tentang tim yang sejauh ini tak saya kenal, namun akan ikut mentas di Piala Dunia Brazil 2014 yang tak kurang dari sebulan lagi digelar. Perkenalan saya pun hanya berawal dari penelusuran di internet untuk tim ini.
La Bicolor, yang jadi julukan Honduras memang sudah pernah tampil pada piala dunia tahun 1982. Namun kemudian terbenam dan baru kembali di level tertinggi dunia itu di Afsel empat tahun lalu. Namun karena kiprahnya yang hanya bertahan di grup saja, daya tarik tim ini untuk unjuk gigi tidak keluar. Maka yang bisa saya ingat adalah ini hanya negaranya David Suazo, satu karakter menarik yang lumayan menarik bila saya rekrut ke tim saya dalam permainan Footbal Manager.
David Suazo adalah striker tajam Cagliari yang sempat menggoda Intermilan untuk merekrutnya dan kemudian berlabuh di Genoa. Well, walau tak sebesar nama striker dunia lainnya, cukuplah nama itu membuat saya menahan klik berikut saya di atas laptop untuk sejenak. Namun era Suazo pula sudah lewat.
Setelah Suazo, tak ada nama menarik di daftar pemain. Mungkin Honduras masuk kategori sama dalam benak saya dengan modal Aljazair, Irak, dan Ekuador yang minim bintang. Menyaksikan mereka bermain mungkin akan membosankan. Namun jangan terlalu meremehkan. Tim inilah yang sukses menempatkan Meksiko ke titik terpayah mereka dengan hanya bisa lolos melalui play-off lawan Selandia Baru. Honduras justru jadi wakil Concacaf yang lolos langsung ke Brazil.
Pelatih Luis Fernando Suarezpasti tahu bahwa dengan bicara di ajang ini talenta-talenta Honduras bisa terangkat ke langit. Karenanya ia menyiapkan kekuatannya dengan maksimal walau tanpa bintang. Carlo Costly yang jadi andalan utama juga bukanlah perantau Eropa, namun Honduras bisa saja berkelit dari nasib buruk bila bisa menahan Prancis, Ekuador, dan Swiss. Apalagi Ekuador setara kekuatannya dan Swiss bukan kekuatan tradisional sepakbola dunia.
Mari kita tunggu aksi tim zebra biru ini berlaga. Akankah hadir nama David Suazo baru lainnya yang akan beredar di Iliga Italia, Inggris, atau Spanyol lewat aksi unjuk gigi di Brazil kali ini? Selamat menyaksikan piala dunia. (ds-ejr).
Skuad Honduras
Kiper: Noel Valladares (Olimpia), Donis Escober (Olimpia) and Luis Lopez (Real Espana).
Belakang: Brayan Beckeles (Olimpia), Emilio Izaguirre (Celtic), Juan Carlos Garcia (Wigan Athletic), Maynor Figueroa (Hull City), Victor Bernardez (San Jose Earthquakes), Osman Chavez (Qingdao Jonoon) and Juan Pablo Montes (Motagua).
Tengah: Arnold Peralta (Rangers), Luis Garrido (Olimpia), Roger Espinoza (Wigan Athletic), Jorge Claros (Motagua), Wilson Palacios (Stoke City), Oscar Garcia (Houston Dynamo), Andy Najar (Anderlecht), Mario Martinez (Real Espana) and Marvin Chavez (Chivas USA).
Depan: Jerry Bengtson (New England Revolution), Jerry Palacios (Alajuelense), Rony Martinez (Real Sociedad Honduras) and Carlo Costly (Real Espana).

 Jumat, 30 Mei 2014 18:30
http://football-indonesia.net/piala-dunia/honduras-kekuatan-baru-dari-utara-213.html

Chile : Si Merah dari Latin

Alexis Sanchez dan Arturo Vidal bahu-membahu untuk Chile di Piala Dunia nanti
Alexis Sanchez dan Arturo Vidal bahu-membahu untuk Chile di Piala Dunia nanti
Chile, membahas tim akhir dari Amerika Latin ini yang saya ingat adalah dua wajah indian yang sangat galak pada Piala Dunia Prancis 1998 lalu di lini depannya. Yap, duet Sa-Za sungguh menyeramkan saat itu. Marcelo Salas dan Ivan Zamorano adalah dua tombak tajam ketika itu. Sebagai buktinya Salas kemudian dikejar Lazio yang sedang bertabur uang saat itu. Intermilan juga nyaman menguasai Zamorano.
Namun pencapaian duo tombak maut itu tak terlalu jauh. Mereka memang maju ke babak berikutnya, namun akhirnya terhenti. Setelahnya, Chile absen di dua gelaran piala dunia berikutnya. Dan seakan jatuh terbuang ke dasar zona Conmebol. Mereka baru kembali di Afesl 2010 lalu, dengan pencapaian sama, lolos ke babak kedua. Jadilah meeka belum bisa mengembalikan kejayaan kala jadi juara ketiga di piala dunia 1962.
Membahas Chile yang kini diasuh Jorge Sampaoli, maka kita bisa membayangkan aksi nama besar pemain Juventus Arturo Vidal dan Alexis Sanchez yang bermain di Barcelona bersatu padu dan menampilkan permainan semenarik era Sa-Za dulu. Namun, selain dua nama tersebut, La Roja tak punya nama besar lain yang jadi andalan.
Kemiskinan nama besar itu punya kemungkinan memberi pengaruh pada cara pandang lawan yang akan dihadapi. Australia adalah satu-satunya lawan yang bisa dilawan di atas kertas. Kesulitan berlipat ganda manakala melihat kehadiran Belanda dan Spanyol di Grup B Piala Dunia Brazil kali ini. Namun sebagai salah satu tim latin, daya juang alot dan permainan indah sedikit banyak dapat digaungkan sebagai nilai tawar para pengamat saat pergelaran berlangsung.
Sanchez yang sudah mengenal gaya bermain Spanyol lewat kiprahnya di Barcelona tentu akan memberi keuntungan di satu sisi, walau tak menutup kemungkinan sebaliknya-dialah yang akan didikte-dalam laga antar-si merah nanti. Menarik ditunggu aksi di Grup B ini, Karena selain ada La Roja vs La Furia Roja, akan ada aksi tim kuning melawan tim oranye. Menarik, sungguh menarik. (ds-ejr).

Skuad Chile
KiperClaudio Bravo (Real Sociedad/ESP) Johnny Herrera (Universidad de Chile), Cristopher Toselli (Universidad Católica), Paulo Garcés (O’Higgins)
BelakangGary Medel (Cardiff City/ENG), José Rojas (Universidad de Chile), Eugenio Mena (Santos/BRA), Gonzalo Jara (Nottingham Forest/ENG), Marcos González (Unión Española), Enzo Andía (Universidad Católica)
TengahArturo Vidal, Mauricio Isla (both Juventus/ITA), Marcelo Díaz (FC Basel/SUI), Francisco Silva (Osasuna/ESP), Rodrigo Millar (CSD Atlas/MEX), Pedro Pablo Hernández (O’Higgins), Felipe Gutiérrez (FC Twente Enschede/NED), José Pedro Fuenzalida (Colo Colo), Carlos Carmona (Atalanta/ITA), Jean Beausejour (Wigan Athletic/ENG), Charles Aránguiz (Internacional/BRA), Miiko Albornoz (Malmo FF/SWE)
DepanAlexis Sánchez (Barcelona/ESP), Eduardo Vargas (Valencia/ESP on loan from Napoli/ITA), Jorge Valdivia (Palmeiras/BRA), Mauricio Pinilla (Cagliari/ITA), Esteban Paredes (Colo Colo), Fabián Orellana (Celta Vigo/ESP), Matías Fernández (Fiorentina/ITA), Gustavo Canales (Unión Española)

Jumat, 30 Mei 2014 17:01
http://football-indonesia.net/piala-dunia/chile-si-merah-dari-latin-210.html

Australia : Kekuatan Oseania Berwajah (Bukan) Asia

Tim Cahill, Australia, mewakili Asia di Piala Dunia
Tim Cahill, Australia, mewakili Asia di Piala Dunia
Kali ini pembahasan masuk pada wakil Asia yang terakhir, tapi tak murni Asia. Dari nama saja, jelas ini negara dari bagian benua di luar Asia. Namun Australia telah mendaftarkan diri dan diterima dengan baik oleh AFC, sang stakeholder persepakbolaan Asia, sebagai anggotanya. Maka Negeri Kanguru ini resmi berburu tiket ke Brazil lewat zona asia yang sesungguhnya sudah penuh sesak.
Di zona Oseania, Australia adalah raja yang kesepian. Seolah tanpa lawan, bila bukannya meremehkan tiap ajang, tentu merekalah yang akan meraup semua trofi regional di sana. Selain terlalu sepi di sana, kuota “0,5 atau setengah” yang di dapat zona Oseania atas 32 slot peserta piala dunia tentu merugikan mereka karena harus melawan negara kuat dari Conmebol, Concacaf, atau AFC yang kepepet karena kehabisn tiket (biasanya slot paruhan akhir juga dari zona-zona itu).
Sesekali Australia memang sanggup lolos, namun karena perjuangan yang tak kompetitif harus melawan tim terluka yang telah menghadapi kompetisi raihan tiket lebih serius, moral Socceroos seringkali tak nyetel di waktu yang tepat. Jadi, berkompetisi di Asia lebih kompetitif. Tengok saja wakil Oseania yang jadi juara di kualifikasi-Selandia Baru-harus jadi bulan-bulanan Meksiko yang kepepet untuk bisa berangkat ke Brazil.
Australia sendiri bukan tim biasa-biasa saja. Para pemainya yang banyak berkiprah di Eropa banyak memberi kontribusi untuk nama besar mereka di kancah persepakbolaan. Tentu kita dapat mengingat Mark Viduka, Mark Bosnich, atau Harry Kewell yang adalah senjata maut mereka dalam beberapa tahun ke belakang sebagai referensi.
Namun untuk saat ini Australia tak terlalu bisa berbangga diri dengan apa yang menjadi isi perutnya. Mark Bresciano dan Tim Cahill adalah yang tersisa dari deret nama pemain besar yang saat ini dimiliki pelatih Ange Postecoglou. Walau banyak nama lain berseliweran di Eropa, mereka tak terlalu difavoritkan di gelaran kali ini.
Memang piala dunia bukanlah ajang prestasi buat mereka yang baru keempat kalinya ini lolos ke putaran final. Di Grup B juga telah menanti lawan yang tidak main-main. Mungkin hile bisa mereka anggap setara sekilas, tapi hadirnya Belanda dan Spanyol akan menjadikan Socceroos tim terlemah di grup ini. Tapi kompetisi tetapm kompetisi. Ada harapan untuk maju bila daya juang berpadu dengan keberuntungan. Mari kita sambut kiprah Tim Cahill dkk di Brazil. Semoga wakil baru Asia ini tak jadi lumbung gol lawan seperti Arab Saudi di Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002. (ds-ejr).

Skuad Australia
Kiper: Mat Ryan (Club Brugge/Belgium), Mitch Langerak (Borussia Dortmund /Germany), Eugene Galekovic (Adelaide United), Mark Birighitti (Newcastle Jets)
Belakang: Ivan Franjic (Brisbane Roar), Matthew Spiranovic (Western Sydney Wanderers), Curtis Good (Newcastle United/England), Bailey Wright (Preston North End/England), Jason Davidson (Heracles Almelo/Netherlands), Luke Wilkshire (Dynamo Moscow/Russia), Alex Wilkinson (Jeonbuk Motors/Korea Republic), Ryan McGowan (Shandong Luneng/China PR)
Tengah: Mile Jedinak (Crystal Palace/England), Mark Milligan (Melbourne Victory), James Holland (Austria Vienna/Austria), Massimo Luongo (Swindon Town/England), Adam Sarota (FC Utrecht/Netherlands), Oliver Bozanic (Luzern/Switzerland), Matt McKay (Brisbane Roar), Mark Bresciano (Al Gharafa/Qatar), Josh Brillante (Newcastle Jets)
Depan: Tim Cahill (New York Red Bulls/USA), Josh Kennedy (Nagoya Grampus/Japan), Tom Rogic (Melbourne Victory), Dario Vidosic (Sion/Switzerland), Tommy Oar (FC Utrecht/Netherlands), James Troisi (Melbourne Victory), Ben Halloran (Fortuna Dusseldorf/Germany), Adam Taggart (Newcastle Jets, Matthew Leckie (FSV Frankfurt/Germany)

Jumat, 30 Mei 2014 14:09
http://football-indonesia.net/piala-dunia/australia-kekuatan-oseania-berwajah-bukan-asia-207.html

Kosta Rika : Ancaman Tanpa Nama

Kosta Rika yang berusaha unjuk gigi
Kosta Rika yang berusaha unjuk gigi
Satu lagi nama negara antah-berantah yang akan ikut piala dunia. Kosta Rika, adalah sebuah negara dari Amerika Utara yang akan ikut ambil bagian di samping nama familiar seperti Amerika Serikat, dan Meksiko.
Tak beda dengan negaranya, Jorge Luis Pinto sang pelatih akan menangani nama-nama asing di telinga pencinta bola dunia. Nama-nama asing ini tentu meringankan tugas sang pelatih, karena tak ada ekspektasi lebih lanjut atas sepak terjang mereka.
Bryan Ruiz, nama asing yang justru jadi bintang utama Kosta Rika akan berjuang menghadapi kejamnya nasib yang menempatkan mereka diimpitan Uruguay, Italia, dan Inggris dalam Grup D Piala Dunia Brazil 2014. Namun tak ada yang tak mungkin bukan? Menjadi yang terkecil bukan berarti habis sebelum perang.
Tentu Kosta Rika tak akan menyia-nyiakan kelolosan mereka ini dengan tanpa perjuangan. Singkat saja, mari kita tunggu ancaman tanpa nama besar Kosta Rika. Mungkinkah akan menjadi kuburan, atau mereka yang jadi The Giant Slayer? Menarik ditunggu. (ds-ejr)

Skuad Kosta Rika
Kiper: Goalkeepers: Keilor Navas (Levante), Patrick Pemberton (Alajuelense), Daniel Cambronero (Herediano)
Belakang: Johnny Acosta (Alajuelense), Giancarlo Gonzalez (Columbus Crew), Michael Umana (Saprissa), Oscar Duarte (Brugge), Waylon Francis (Columbus Crew), Heiner Mora (Saprissa), Junior Diaz (Mainz), Christian Gamboa (Rosenborg), Roy Miller (Red Bull New York), Kendall Waston (Saprissa)
Tengah: Celso Borges (AIK), Christian Bolanos (Copenhaguen), Oscar Esteban Granados (Herediano), Michael Barrantes (Aalesund), Yeltsin Tejeda (Saprissa), Diego Calvo (Valerenga), Jose Miguel Cubero (Herediano), Carlos Hernandez (Wellington Phoenix)
Depan: Alvaro Saborio (Real Salt Lake), Bryan Ruiz (PSV Eindhoven), Joel Campbell (Olympiacos), Randall Brenes (Cartagines), Marco Urena (Kuban Krasnodar

Jumat, 30 Mei 2014 12:02
http://football-indonesia.net/piala-dunia/kosta-rika-ancaman-tanpa-nama-203.html

Swiss : Bukan Sekedar Euforia

Swiss harus lebih dari fase grup
Swiss harus lebih dari fase grup
Dalam dekade terakhir ini, sesungguhnya Swiss adalah salah satu kekuatan medioker di Eropa yang sukses menjaga konsistensinya. Sejak Piala Eropa Portugal 2004 hingga Piala Dunia Afel 2010 Swiss selalu hadir di turnamen besar dunia. Mungkin ini adah euforia manis mereka menjelag dan setelah sukses jadi tuan rumah bersama Austria di Piala Eropa 2008.
Yang termanis, La Nati yang dikomandoi Alexander Frey adalah satu-satunya tim yang mematok juara dunia Spanyol di Afsel 2010 lalu. Namun kemudian kemunduran mengentak sesaat tatkala mereka gagal bersaing untuk hadir di Piala Eropa Ukraina-Polandia 2012 lalu.
Namun pelatih kenamaan Ottmar Hitzfeld yang kini menukangi mereka memberi dorongan hebat dan memberi catatan yang baik dan meloloskan Swiss ke Brazil. Tak hanya lolos, mereka juga tercatat sebagai kekuatan defensif terbaik Eropa saat ini bila diperhitungkan dari saat kualifikasi berlangsung.
Harapan tim yang kini diisi nama Stephan Lichsteiner,  Philippe Senderos, Valon Behrami, dan Gokhan Inler ini kian membuncah dengan hadirnya mereka di Grup E yang agaknya membuka peluang lolos ke babak berikutnya. Okelah Prancis tak bisa dikatakan mudah. Namun Ekuador dan Honduras di atas kertas bisa diprediksi dapat ditaklukkan. Memang kekuatan diantara ketiganya tak terlalu jauh, namun rapor pertahanan Swiss yang baik bisa jadi indikator superioritas dalam grup ini.
Bila lolos ke fase knock off, kekuatan pertahanan yang dibanggakan itu bisa amat berbahaya bila dimanfaatkan untuk parkir bus menunggu babak adu penalti. Kalau sudah adu keberuntungan, kekuatan dan keunggulan jadi sama saja bukan? Kita tunggu saja aksi dari juniornya Stéphane Henchoz, Kubilay Turkyilmaz, Johann Vogel, Hakan Yakin, dan Ciriaco Sforza kali ini. (ds-ejr).

Skuad Swiss
Kiper: Diego Benaglio (Wolfsburg), Roman Buerki (Grasshoppers), Yann Sommer (FC Basel)
Belakang: Johan Djourou (Hamburg), Michael Lang (Grasshoppers), Stephan Lichsteiner (Juventus), Ricardo Rodriguez (Wolfsburg), Fabian Schaer (FC Basel), Philippe Senderos (Valencia), Steve von Bergen (Young Boys), Reto Ziegler (Sassuolo)
Tengah: Tranquillo Barnetta (Eintracht Frankfurt). Valon Behrami (Napoli), Blerim Dzemaili (Napoli), Gelson Fernandes (Freiburg), Gokhan Inler (Napoli), Xherdan Shaqiri (Bayern Munich), Valentin Stocker (FC Basel)
Depan: Josip Drmic (Nuremberg), Mario Gavranovic (FC Zurich), Admir Mehmedi (Freiburg), Haris Seferovic (Real Sociedad), Granit Xhaka (Borussia Moenchengladbach)

Jumat, 30 Mei 2014 10:53
http://football-indonesia.net/piala-dunia/swiss-bukan-sekedar-euforia-215.html

Pantai Gading : Dihiasi Bintang

Didier Drogba untuk Pantai Gading di Piala Dunia
Didier Drogba untuk Pantai Gading di Piala Dunia
Sabri Lamouchi, pelatih Pantai Gading tentu berdiri jumawa di antara para pelatih tim Arika lain saat memimpin rombongan Pantai Gading ke Brazil bulan depan. Pertama, tim ini punya aura yang superior dari wujud gajah yang tampil di emble kostum mereka. Kedua, tim ini adalah salah satu tim yang beruntung punya banyak nama besar alias bintang, bukan hanya untuk level benua, namun dunia.
Tengok saja, di antara Kamerun, Aljazair, Nigeria, dan Ghana yang jadi representasi Afrika lainnya, tak satupun yang punya materi semenarik para gajah ini. Dari belakang ketiga lini permainan ada nama besar yang muncul. Kita mengenal Kulo Toure di belakang. Di tengah sang saudara, Yaya Toure, akan ambil bagian. Lalu di depan, nama Didier Drogba yang masih mentereng muncul sebagai salah satu penggaransi kesuksesan meeka sejauh ini. Pun ada nama Gervinho dan Salomon Kalou sebagai tambahan.
Nama-nama lain di tim ini memang masih asing, namun punya tim dengan tiga pemain superior yang tersebar di setiap lini adalah keuntungan dalam turnamen yang ketat seperti piala dunia, dengan modal SDM seadanya. Singkatnya, Pantai Gading adalah sebuah ancaman bagi tim lainnya di ajang ini dan bukan penggembira.
Semenjak era Drogba, Pantai Gading memang konsisten sebagai kekuatan terdepan Afrika. Walau tak kunjung juara, di lima gelaran akhir Pantai Gading selalu melangkah jauh, bahkan dua kali menjadi runner up. Di piala dunia pun, hadirnya generasi emas mereka ini membawa Gajah Afrika ini lolos untuk ketiga kalinya secara beruntun setelah Jerman 2006 dan Afsel 2010. Jadi, melongok pada gerogot umur yang akan menghinggapi para bintang itu, gelaran Piala Dunia Brazil 2014 ini bisa jadi ajang terakhir bagi era drogba untuk lebih jauh mencuri perhatian dunia.
Hal ini sedikit dapat diwujudkan mengingat mereka bisa saja lolos untuk pertama kalinya dari fase grup karena lawan mereka cukup seimbang. Hanya ada Colombia, yunani, dan Jepang di Grup C. Maka kita perlu memberi sorot mata kita melihat sejauh mana para gajah ini dapat menyerbu. Kita simak saja. (ds-ejr).
  
Skuad Pantai Gading
Kiper: Boubacar Barry (Lokeren), Sylvain Gbohouo (Sewe Sport), Ali Sangare Badra (ASEC Mimosas), Sayouba Sande (Stabaek).
Belakang: Kolo Toure (Liverpool), Sol Bamba (Trabzonspor), Didier Zokora (Trabzonspor), Serge Aurier (Toulouse), Arthur Boka (Stuttgart), Benjamin Angoua (Valenciennes), Ousmane Viera Diarrassouba (Caykur Rizespor), Constant Djakpa (Frankfurt), Brice Dja Djedje (Marseille), Jean-Daniel Akpa-Akpro (Toulouse).
Tengah: Yaya Toure (Manchester City), Cheick Tiote (Newcastle), Serey Die (Basel), Max Gradel (Saint Etienne), Diomande Ismael (Saint Etienne), Didier Ya Konan (Hannover), Mathis Bolly (Dusseldorf).
Depan: Gervinho (Roma), Didier Drogba (Galatasaray), Salomon Kalou (Lille), Wilfried Bony (Swansea), Seydou Doumbia (CSKA Moscow), Lacina Traore (Everton), Giovanni Sio (Basel).

Jumat, 30 Mei 2014 9:57
http://football-indonesia.net/piala-dunia/pantai-gading-dihiasi-bintang-199.html

Aljazair : Aksi Tim Kelas Dua?

Aljazair - Salah satu pemain lama di Piala Dunia
Aljazair – Salah satu pemain lama di Piala Dunia
Tak banyak yang bisa penulis gali dari tim Afrika ini. Nama Lakhdar Belloumi, Rachid Mekhloufi, dan Mustapha Zitouni yang diklaim sebagai pemain legendaris Aljazair pun tak pernah saya ingat dalam kilasan cerita sepakbola sebelumnya.
Namun, sebagai wakil Afrika yang sangat kompetitif kualifikasinya, kehadiran Aljazair tentu bukan kebetulan. Aljazair akan menjalani penampilan keempat mereka di Piala Dunia, sebelumnya pada Spanyol 1982, Meksiko 1986, dan Afsel 2010 tim ini sudah ambil bagian pula. Namun aksi yang tak terlalu bagus gagal menjual talenta mereka empat tahun lalu.
Dalam catatan kepustakaan yang saya dapat, Madjid Bougherra adalah tokoh kunci di belakang Aljazair, kemudian ada Sofiane Feghouli yang adalah gelandang menyerang yang menarik, sementara Medhi Lacen akan mengancam pertahanan lawan. Di lini depan, Islam Slimani muncul sebagai pilihan yang paling produktif dalam serangan dan adalah top skorer sepanjang putaran kualifikasi.
Pelatih Vahid Halilhodzic mungkin akan sedikit jumawa dengan latar belakang pemainnya yang banyak berasal dari klub Eropa. Sebut saja Mehdi Lacen yang berasal dari Getafe, Slimani yang bermain di Sporting Lisbon, Nabil Bentaleb di tottenham, Saphir Taider di Inter Milan, Faouzi Ghoulam di napoli, atau Sofiane Feghouli di Valencia. Masalahnya adalah nama-nama itu tak terlalu mentereng di klub mereka, terlebih di Eropa.
Kita nantikan saja aksi tim penuh pemain kelas dua ini di Brazil. Aljazair sendiri bergabung di grup relatif berimbang. Belgia memang dijagokan di Grup H, diikuti Rusia. Manun keduanya tak jauh lebih mentereng, puh halnya Korea Selatan. Masih akan sangat dinamis persaingan dalam grup ini. Saatnya unjuk gigi anak Aljazair demi negeri dan diri sendiri tentunya. Piala dunia adalah etalase yang sangat menjual. (ds-ejr).
Skuad Aljazair
Kiper: Rais M’bolhi (CSKA Sofia/BUL), Mohamed Zemmamouche (USM Alger), Ezzdine Doukha (USM El Harrach), Mohamed Cdric (CS Constantine)
Belakang: Essaid Belkalem (Watford/ENG), Madjid Bougherra (free agent), Lyassine Cadamuro (Real Mallorca/ESP), Faouzi Ghoulam (Napoli/ITA), Rafik Halliche (Academica Coimbra/POR), Nacereddine Khoualed (USM Alger), Aissa Mandi (Reims/FRA), Mehdi Mostefa (Ajaccio/FRA), Carl Medjani (Valenciennes/FRA), Djamel Mesbah (Livorno/ITA)
Tengah: Nabil Bentaleb (Tottenham/ENG), Ryad Boudebouz (Bastia/FRA), Yacine Brahimi (Granada/ESP), Adlene Guedioura (Crystal Palace/ENG), Amir Karaoui (ES Setif), Medhi Lacen (Getafe/ESP), Saphir Taider (Inter Milan/ITA), Hassen Yebda (Udinese/ITA)
Depan: Rafik Djebour (Nottingham Forest/ENG), Abdelmoumen Djabou (Club Africain/TUN), Sofiane Feghouli (Valencia/ESP), Ryad Mahrez (Leicester City/ENG), Islam Slimani (Sporting Lisbon/POR), Hilal Soudani (Dinamo Zagreb/CRO), Foued Kadir (Rennes/FRA), Nabil Ghilas (FC Porto/POR).

Rabu, 28 Mei 2014 19:15 
http://football-indonesia.net/piala-dunia/aljazair-aksi-tim-kelas-dua-194.html

Bosnia : Anak Baru yang Misterius

Edin Dzeko bersama Bosnia Herzegovina menuju Piala Dunia
Edin Dzeko bersama Bosnia Herzegovina menuju Piala Dunia
Bicara debutan dalam piala dunia, maka kita akan merujuk pada nama Bosnia Herzegovina di gelaran ini. Negara yang jadi salah satu representasi Eropa ini akhirnya lolos untuk pertama kalinya ke putaran final Piala Dunia dengan lika-liku menarik.
Tak diunggulkan, namun konsistensi akhirnya membawa mereka jadi satu-satunya debutan di Piala Dunia 2014. Bicara kiprah, mungkin publik Bosnia Herzegovina tak baru kali ini punya wakil. Jauh sebelum mereka merdeka pada 1992, Yugoslavia yang jadi negara induk mereka-sebelum pecah berkeping-telah menikmati manisnya jadi peserta piala dunia.
Tapi, selepas kemerdekaan yang disebabkan bentrok etnis di sana, Bosnia Herzegovina sedikit terkucil atas pecahan Yugoslavia lainnya di dunia sepakbola. Nama Serbia mungkin lebih dikenal sebelum Kroasia tentunya sebagai sama-sama pecahan Yugo yang kerap mewarnai persepakbolaan dunia. Tak hanya itu, pecahan lain yang sudah sempat mengecap manisnya madu piala dunia adalah Slovenia.
Maka, kelolosan kali ini tentu sarat gengsi dan menyejajarkan mereka dengan bangsa eks-Yugo lainnya, bahkan akan lebih hebat dari pencapaian ratusan negara lainnya dalam persepakbolaan sejauh ini. Negeri kita Indonesia tercinta saja belum sempat memijakkan kaki di ajang dunia ini semenjak merdeka pada 1945 dulu.
Sukses Bosnia Herzegovina jelas tak lepas dari sentuhan eks-pemain asli mereka yang kini jadi pelatih, Safet Susic. Olah pikirannya yang diejahwantahkan para pemain di lapangan akhirnya berbuah manis dan membuat semua pemain timnas jadi pahlawan di negaranya.
Dari materi, mungkin nama striker Manchester City Edin Dzeko akan memberi gambaran siapa Bosnia Herzegovina kira-kira. Nama lain yang masuk kelas tenar mungkin adalah Miralem Pjanic dan Senad Lulic, yang jadi aktor derbi roma, di mana masing-masing adalah punggawa Roma dan Lazio. Lainnya, kita akan menemukan banyak nama asing yang beredar di liga-liga Eropa.
Well, Bosnia Herzegovina boleh jadi anak baru di persepakbolaan dunia. Namun kekuatan mereka yang masih misterius itu adalah sebuah keuntungan yang akan membuat lawan sulit membaca permainan mereka. Seperti halnya tim dengan nama medioker lainnya, piala dunia ini akan jadi etalase sempurna untuk mendemonstrasikan kemampuan mereka di mata para pemilik klub.
Kita tunggu saja kiprah mereka. Satu tempat di Grup F yang mereka tempati tentu diprediksi akan jadi milik Argentina, namun ada satu slot lagi yang bisa diperebutkan tiga kekuatan sekasta antara Bosnia Herzegovina dengan Iran dan Nigeria. Menarik ditunggu, menarik! (ds-ejr).

Skuad Bosnia Herzegovina
Kiper: Asmir Begovic (Stoke City), Jasmin Fejzic (Aalen), Asmir Avdukic (Borac BL)
Belakang: Emir Spahic (Bayer Leverkusen), Toni Sunjic (Zorya), Sead Kolasinac (Schalke), Ognjen Vranjes (Elazigspor), Ervin Zukanovic (Gent), Ermin Bicakcic (Braunschweig), Muhamed Besic (Ferencvaros)
Tengah: Miralem Pjanic (Roma), Izet Hajrovic (Galatasaray), Mensur Mujdza (Freiburg), Haris Medunjanin (Gaziantepspor), Senad Lulic (Lazio), Anel Hadzic (Sturm), Tino Susic (Hajduk Split), Sejad Salihovic (Hoffenheim), Zvjezdan Misimovic (Guizhou Renhe), Senijad Ibricic (Erciyspor), Avdija Vrsajevic (Hajduk Split), Edin Visca (Istanbul BB)
Depan: Edin Dzeko (Manchester City) Vedad Ibisevic (Stuttgart)

Rabu, 28 Mei 2014 18:00
http://football-indonesia.net/piala-dunia/bosnia-anak-baru-yang-misterius-190.html

Nigeria : Saatnya Kembali ke Level Utama

Nigeria akankah bersinar di Brazil?
Nigeria akankah bersinar di Brazil?
Nigeria adalah salah satu kekuatan terbesar Afrika dalam dua dekade ini. Utamanya sejak Piala Dunia Amerika Serikat 1994 di mana Tim Elang Super pertama kalinya lolos ke putaran final setelah sempat hampir tampil pada 1966. Nigeria menyita perhatian dunia manakala meraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996 dengan berturut-turut mengempaskan Brazil dan Argentina yang jadi favorit.
Maka di gelaran Piala Dunia Prancis 1998 Nigeria diperhitungkan dunia, apalagi materi mentereng ketika itu sangat menjanjikan dengan deret nama kiper Rufai, lalu ada Sunday Oliseh, Finidi George, Daniel Amokachi, si nyentrik Taribo West, Jayjay Okocha, Viktor Ikpeba, Tijani Babangida, dan Celestine Babayaro. Yang paling sukses setelah itu tentu saja Nwanko Kanu.
Masuk era 2000 lebih lanjut, nama-nama besar masih menghiasi skuat semisal Obafemi Martins dan John Obi Mikel.
Namun belakangan sinar Nigeria meredup. Mereka sempat gagal lolos di Jerman 2006. Di Piala Afrika 2012 lalu pun mereka tak lolos. Penampilan di Afsel empat tahun lalu juga jauh dari predikat mengesankan. Beruntung, beberapa langkah mundur itu direspons positif oleh otoritas sepakbola Nigeria dengan pembinaan dan lecutan khusus yang akhirnya mengembalikan mereka ke level utama zona Afrika dengan juara di gelaran Piala Afrika 2013 lalu. Steven Kenshi yang jadi arsitek Super Eagles melakukan kebijakan radikal yang memangkas rata-rata usia pemain di timnas Nigeria.
Nama-nama besar memang tak banyak berseliweran kali ini, namun kita masih bisa menyaksikan tim ini dimotori oleh Obi Mikel, Ogenyi Onazi, dan talenta muda Victor Moses. Peluang untuk tim ini memamerkan kemampuan sebagai sarana mengangkat nilai jual mereka terbuka lebar, mengingat di Grup F hanya ada Argentina yang jadi momok menakutkan. Iran dan Bosnia Herzegovina nampaknya adalah lawan yang tak terlalu jauh berselisih kekuatannya.
Ini juara Afrika, Bung. Kekuatan tradisional pula untuk dunia dari Afrika selama ini. Mereka sedang panas-panasnya. Mari tebak akan sehebat apa jadinya Elang Super jilid dua ini? Mari menantikan aksi mereka. (ds-ejr).

Skuad Nigeria
Kiper: Vincent Enyeama (Lille/FRA), Austin Ejide (Hapoel Be’er Sheva/ISR), Chigozie Agbim (Gombe United), Daniel Akpeyi (Warri Wolves)
Belakang: Elderson Echiejile (Monaco/FRA), Efe Ambrose (Celtic FC/SCO), Godfrey Oboabona (Rizespor/TUR), Azubuike Egwuekwe (Warri Wolves), Kenneth Omeruo (Middlesbrough/ENG), Juwon Oshaniwa (Ashdod FC/ISR), Joseph Yobo (Norwich City/ENG), Kunle Odunlami (Sunshine Stars)
Tengah: Mikel Obi (Chelsea/ENG), Ogenyi Onazi (SS Lazio/ITA), Ramon Azeez (Almeria/SPA), Ejike Uzoenyi (Enugu Rangers), Gabriel Reuben (Beveren/BEL), Nosa Igiebor (Real Betis/SPA), Joel Obi (Parma/ITA), Michael Uchebo (Cercle Brugge/BEL), Sunday Mba (CA Bastia/FRA)
Depan: Ahmed Musa (CSKA Moscow/RUS), Shola Ameobi (Newcastle United/ENG), Victor Moses (Liverpool/ENG), Emmanuel Emenike (Fenerbahce/TUR), Obinna Nsofor (Chievo Verona/ITA), Peter Osaze Odemwingie (Stoke City/ENG), Babatunde Michael (Volyn/UKR), Nnamdi Oduamadi (Varese/ITA), Uche Nwofor (Heerenveen/NED).

Rabu, 28 Mei 2014 15:00
http://football-indonesia.net/piala-dunia/nigeria-saatnya-kembali-ke-level-utama-187.html

Yunani : Perompak yang Labil

Yunani akankah kembali membuat kejutan ?
Yunani akankah kembali membuat kejutan ?
Bila kita membuka Yunani di Google, top search yang muncul di 10 besar tak berbicara soal sepakbola Yunani. Mudah saja, karena Yunani bukanlah sebuah kekuatan sepakbola secara tradisional. Tapi, jangan langsung mengkategorikan negeri ini sebagai klub semenjana semata. Julukan mereka yang bertajuk The Pirate Ship pernah sukses memesona dunia di Piala Eropa Portugal 2004.
Di Piala Dunia nama Yunani memang belum pernah memberi gebrakan serupa. Jangankan juara. Prestasi tim dari negeri para dewa ini pun hanya baru tampil dua kali, dan ini penampilan mereka yang ketiga. Dalam dua keikutsertaan mereka pada Amerika Serikat 1994 dan Afrika Selatan 2010 lalu juga tim ini hanya bermain di putaran grup saja.
Tapi, merunut pada pencapaian era Otto Rehagel dulu, pelatih kini Fernando Santos tentu berpotensi membangkitkan semangat Yunani dengan cara yang sama. Kala itu, di 2004, tak ada predikat unggulan di tim yang dikomandoi kapten Theodoros Zagorakis, nama-nama seperti Giorgos Karagounis, Angelos Charisteas, Angelos Basinas, dan Antonis Nikopolidis menjelma jadi para demigod sepakbola sebesar Hercules atau Parseus. Nama-nama besar dipecundangi hanya dengan modal pertahanan tangguh dan serangan kilat mematikan.
Kini era itu memang sudah lewat. Kini bukan era Charisteas yang akan bicara. Nama Konstantinos Mitroglou adalah debutan yang akan kita lihat menjadi tombak tim bajak laut ini berlaga. Pun ban kapten akan diusung Giorgos Karagounis sebagai suksesor Zagorakis.Nama-nama kelas menengah juga kali ini beredar sebagai bekal Yunani lewat Giorgios Samaras atau Theofanis Gekas. Kemungkinan permainan serupa satu dasawarsa silam berpotensi diapungkan ke permukaan.
Kolombia, Jepang, dan Pantai Gading semua akan menjadi lawan tangguh yang berimbang untuk Yunani di Brazil nanti di Grup C. Di atas kertas tak ada yang unggul jauh di antara keempatnya. Sebagi wakil Eropa saja yang bisa jadi acuan bila ada yang mengunggulkan Yunani atau karena wakil Conmebol sebagai alasan mengunggulkan Kolombia.
Menarik ditunggu perjuangan para perompak ini, yang sepertinya akan berhadapan dengan tim-tim pekerja keras yang tak akan hanya duduk manis merespons masalah yang datang. Kita sambut kiprah merka di Brazil bulan depan. (ds-ejr).

Skuad Yunani
Kiper: Alexandros Tzorvas (Apollon Smyrnis), Orestis Karnezis (Granada), Panaglotis Glykos (PAOK), Stefanos Kapino (Panathinaikos)
Belakang: Avraam Papadopoulos, Kostas Manolas, Giannis Maniatis, Jose Holebas (all Olympiakos), Sokratis Papastathopoulos (Borussia Dortmund), Giorgios Tzavellas (PAOK), Loukas Vyntra (Levante), Vasilis Torosidis (Roma), Vangelis Moras (Verona), Nikolaos Karabelas (Levante)
Tengah: Alexandros Tziolis (Kayserispor), Andreas Samaris (Olympiakos), Kostas Katsouranis (PAOK), Giorgos Karagounis (Fulham), Panagiotis Tachtsidis (Torino), Ioannis Fetfatzidis (Genoa), Kostas Fortounis (Kaiserslautern), Lazaros Christodoulopoulos (Bologna) Panagiotis Kone (Bologna)
Depan: Dimitris Papadopoulos (Atromitos), Dimitris Salpingidis (PAOK), Giorgios Samaras (Celtic), Konstantinos Mitroglou (Fulham), Theofanis Gekas (Konyaspor), Stefanos Athanasiadis (PAOK), Nikos Karelis (Panathinaikos)

Rabu, 28 Mei 2014 13:21
http://football-indonesia.net/piala-dunia/yunani-perompak-yang-labil-184.html

Prancis : Wajah Baru Nan Misterius

Karim Benzema akankah bersinar di Brazil nani
Karim Benzema akankah bersinar di Brazil nani
Bicara timnas top dunia, Prancis akan jadi salah satu yang diperhitungkan. Bukan hanya karena pernah juara, namun talenta hebat masih menghinggapi timnas ini dari waktu ke waktu.
Banyak pengamat lawas selalu bicara kehebatan Platini sebagai ikon Prancis, namun buat penulis, yang lebih ikonik adalah Zinadine Zidane. Yah, era Zidane tentu lebih cerah di mana Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 direngkuh dengan begitu perkasa.
Dari sisi nama besar, kita mungkin akan ingat pada deretan nama besar Djorkaeff, Cantona, Ginola, Petit, Blanc, Barthez, Wiltord, Pires, atau sang pelatih kini, Didier Deschamps. Nama-nama itu tentu akan mengingatkan pada masa jaya Prancis yang penuh ancaman.
Bagaimana kini? Prancis belum hilang juga kok bahayanya, yakinlah itu. Nama-nama sebesar Franck Ribery, Karim Benzema, Hugo Lloris, dan Patrick Evra akan dipadu nama menjanjikan seperti Oliver Giroud, Paul Pogba, atau Bacari Sagna. Belum lagi nama-nama Koscielny, Varane, atau Sissoko.
Menarik dicermati keputusan Deschamps sejauh ini yang seakan meninggalkan Samir Nasri dan Erick Abidal. Mungkin kisah ini seperti ditinggalnya Erick Cantona dan David Ginola dalam masa jaya mereka dulu.
Merunut pada capaian di gelaran lalu di Piala Dunia Afsel 2010, semoga cerita pembelotan Evra dkk tak lagi terjadi menyangkut loyalitas pada pelatih. Tanpa perpecahan tim, kualitas Prancis memang belum mumpuni secaram kolektif. Keunggulan pada beberapa individulah yang banyak memberi keuntungan pada Prancis pada prestasi sejauh ini.
Di Grup E nanti Prancis akan menjalani putaran raund robin ini dengan kesempatan memperbaiki kolektivitas tim. Lawan semacam Swiss, Ekuador, dan Honduras relatif mudah di atas kertas. Namun bila dapat lolos, putaran play off akan sangat berbahaya bagi Prancis. Tim Ayam Jantan ini harus menunjukkan jalunya dengan lebih efektif demi ledakan yang lebih hebat.
Mari kita nanti kekuatan baru junior sang dewa Zinedine Zidane ini dengan harap permainan cepat nan indah plus ngotot dari Franck Ribery cs. (ds-ejr).
Skuad Prancis
Kiper: Hugo Lloris (Tottenham), Steve Mandanda (Marseille), Mickael Landreau (Bastia)
Belakang: Mathieu Debuchy (Newcastle), Bacary Sagna (Arsenal), Laurent Koscielny (Arsenal), Mamadou Sakho (Liverpool), Raphael Varane (Real Madrid), Eliaquim Mangala (Porto), Patrice Evra (Manchester United), Lucas Digne (PSG)
Tengah: Yohan Cabaye (PSG), Clement Grenier (Lyon), Blaise Matuidi (PSG), Rio Mavuba (Lille), Paul Pogba (Juventus), Moussa Sissoko (Newcastle), Mathieu Valbuena (Marseille)
Depan: Karim Benzema (Real Madrid), Olivier Giroud (Arsenal), Antoine Griezmann (Real Sociedad), Franck Ribery (Bayern Munich), Loic Remy (QPR)
Standby: Remy Cabella (Montpellier), Maxime Gonalons (Lyon), Alexandre Lacazette (Lyon), Loic Perrin (Saint-Etienne), Stephane Ruffier (Saint-Etienne), Morgan Schneiderlin (Southampton), Benoit Tremoulinas (Bordeaux)

Selasa, 27 Mei 2014 22:00
http://football-indonesia.net/piala-dunia/prancis-wajah-baru-nan-misterius-179.html

Kolombia : Menyambut Pesta di Rumah Tetangga

Piala Dunia masih menantikan kesembuhan Falcao
Piala Dunia masih menantikan kesembuhan Falcao
Radamel Falcao adalah ikon yang akan kita bicarakan dalam artikel ini. Buat yang belum mengenalnya, dia adalah ikon dari negara yang merupakan salah satu perwakilan Amerika Latin.
Kenapa saya membukanya dengan Falcao, mungkin karena tak terlalu banyak yang mengidolai negeri ini di Piala Dunia kali ini. Membicarakan Falcao mungkin akan lebih mengundang minat cerita antara kita. Kita mungkin akan teringat dengan sepak terjangnya yang ciamik di Atletico Madrid musim lalu, yang kemudian melambungkan harga jualnya saat akhirnya ditarik Monaco musim ini.
Selain nama Falcao, apalagi yang akan mengingatkan kita pada Kolombia? Kehebatan seorang Faustino Asprilla telah hilang dalam cengkeraman sang zaman. Pun si gimbal nyentrik Carlos Valderama. Kolombia pun tak punya catatan sejarah bertinta emas di piala dunia.
Satu-satunya yang tersisa dari tim asuhan Jose Pekerman adalah kisah Escobar yang telah wafat karena kebrutalan fans atau cerita Rene Higuita dengan tendangan kalajengkingnya di masa lalu.
Singkatnya, Kolombia akan maju dengan modal semangat dan tak berembel-embel sejarah. Faktor Falcao tadi kan diperkuat nama Fredy Guarin yang jadi talenta anyar di Inter Milan plus beberapa pemain medioker asal Serie A semisal Yepes, Zapata, Cuadrado, dll.
Tim ini mungkin diremehkan, namun jangan lupa, mereka akan bermain di Brazil yang merupakan tetangga mereka sendiri. Tentu medan sudah dikuasai. Mereka akan jadi rersistor yang kuat bagi tim dunia di babak kedua dalam duga saya, karena grup yang lumayan merata seakan akan memberi jalan bagi mereka untuk lolos.
Di atas kertas Yunani, Pantai Gading, dan Jepang akan dapat dilewati dengan mudah. Namun semua itu akan diperberat dengan kemungkinan hilangnya faktor Falcao tadi bila cedera yang menghinggapinya tak segera pulih pada waktunya.
Kita sambut saja sepak terjang Kolombia lebih lanjut.
Skuad Kolombia
Kiper: David Ospina (Nice), Faryd Mondragon (Deportivo Cali), Camilo Vargas (Santa Fe)
Belakang: Mario Yepes (Atalanta), Aquivaldo Mosquera (Club America), Cristian Zapata (AC Milan), Carlos Valdes (San Lorenzo), Amaranto Perea (Cruz Azul), Eder Alvarez Balanta (River Plate), Santiago Arias (PSV Eindhoven), Camilo Zuniga (Napoli), Pablo Armero (Napoli)
Tengah: Carlos Sanchez (Elche), Fredy Guarin (Inter Milan), Abel Aguilar (Toulouse), Aldo Leao Ramirez (Morelia), Juan Fernando Quintero (Porto), Victor Ibarbo (Cagliari), James Rodriguez (Monaco), Macnelly Torres (Al Shabab), Juan Guilermo Cuadrado (Fiorentina), Edwin Valencia (Fluminense), Alexander Mejia (Nacional), Elkin Soto (Mainz)
Depan: Radamel Falcao (Monaco), Carlos Bacca (Sevilla), Adrian Ramos (Hertha Berlin), Luis Fernando Muriel (Udinese), Teofilo Gutierrez (River Plate), Jackson Martinez (Porto)

Selasa, 27 Mei 2014 20:36
http://football-indonesia.net/piala-dunia/kolombia-menyambut-pesta-di-rumah-tetangga-175.html

Kroasia : Anak Bawang Yang Terus Mengancam

Mario Mandzukic dan Luka Modric merayakan kelolosan Kroasia ke Piala Dunia
Mario Mandzukic dan Luka Modric merayakan kelolosan Kroasia ke Piala Dunia
Soal kualitas, Kroasia adalah salah satu tim dengan bakat yang terus muncul dari masa ke masa. Walau seperti kita tahu usia negara ini yang masih anak bawang sejak memisahkan diri dari Yugoslavia, namun soal kualitas tadi jangan ditanya di persepakbolaan. Serbia yang jadi bongkah terbesar Yugoslavia sudah jauh tertinggal saat ini.
Baru saja mereka merdeka di awal ’90-an, nama-nama besar yang turut merubah kewarganegaraan Yugo-nya menjadi Bosnia sudah menjanjikan tim besar. Hadirnya nama Zvonimir Boban, Robert Jarni, Alen Boksic, Robert Prosinecki, dan Davor Suker sungguh memberi jaminan mutu atas sebuah pergelaran hebat di lapangan hijau.
Tak pelak sang anak bawang langsung menggeliat di Piala Eropa Inggris 1996 dan Piala Dunia Prancis 1998. Walau sempat absen di Afsel 2010 lalu, kembalinya negeri ini tentu membawa harapan baru publik Kroasia.
Lepas era emas itu, nama sang pelatih kini, Niko  Kovac, dan saudaranya, Robert, turut memeriahkan laskar kota-kotak merah putih ini, di samping nama Igor Tudor, Mario stanic, Dan Sleven Bilic. Hingga kemudian muncul nama beken Edoardo da Silva yang sayangnya kena cedera hebat bersama Asenal dan kemudian menukik daya sengatnya.
Perkembangan lebih lanjut pun membawa nama-nama yang patut disimak dari aksi Kroasia hingga saat ini. Adalah Luka Modric yang diboyong Mourinho ke Real Madrid dari Tottenham karena talenta besarnya yang diperkirakan akan setara dengan Kaka dari Brazil. Pun muncul nama Mario Mandzukic yang harum bersamaan dengan permainan fantastisnya di Piala Eropa 2012 lalu yang kemudian memberinya satu tempat di FC Holywood, Bayern Munchen. Berikutnya nama familiar adalah Ivan Rakitic, Niko Kranjcar,dan Ivica Olic.
Materi yang lumayan oke ini tentu memberi ekspektasi baru selain kebanggaan sebagai yang terbaik sebagai representasi negara eks-Yugoslavia dalam Piala Dunia 2014 ini. Bertarung di Grup A yang diisi tuan rumah Brazil, Kroasia yang selalu punya potensi untuk mengancam semua lawan tentu akan jadi resistor pertama tuan rumah. Munculnya Meksiko dan Kamerun di grup ini akan menambah panasnya persaingan merebut dua tiket ke babak selanjutnya karena tak ada kejomplangan kelas antara satu dengan lainnya..
Mari siapkan mata dan telingamu, kita tunggu sepak terjang anak bawang yang kerap mengancam dunia dengan taringnya. Jerman pernah merasakan pahitnya dibabat Kroasia di Prancis 1998. Bahkan Inggris pernah merasakan pahit tingkat tinggi kala dikirim Kroasia ke kotak segel yang memaksa mereka tak berkiprah di Jerman 2006. Ancaman Kroasia apalagi yang akan jadi kejutan? (ds-ejr).
Skuada Kroasia

KiperStipe Pletikosa (Rostov), Danijel Subasic (Monaco), Oliver Zelenika (Locomotive)
Belakang: Dario Srna (Shakhtar Donetsk), Dejan Lovren (Southampton), Vedran Corluka (Lokomotiv Moscow), Gordon Schildenfeld (Panathinaikos), Danijel Pranjic (Panathinaikos), Ivan Strinic (Dnipro), Domagoj Vida (Dynamo Kiev), Sime Vrsaljko (Genoa) Igor Bubnjic (Udinese)
Tengah: Luka Modric (Real Madrid), Ivan Rakitic (Sevilla), Niko Kranjcar (QPR), Ognjen Vukojevic (Dynamo Kiev), Ivan Perisic (Wolfsburg), Mateo Kovacic (Internazionale), Milan Badelj (HSV), Ivo Ilicevic (HSV), Marcelo Brozovic (Dinamo Zagreb), Ivan Mocinic (HNK Rijeka), Mario Pasalic (Hajduk Split), Sammir (Getafe)
Depan: Mario Mandzukic (Bayern Munich), Ivica Olic (Wolfsburg), Eduardo da Silva (Shakhtar Donetsk), Nikica Jelavic (Hull City), Ante Rebic (Fiorentina), Duje Cop (Dinamo Zagreb)

Senin, 26 Mei 2014 10:31
http://football-indonesia.net/piala-dunia/kroasia-anak-bawang-yang-terus-mengancam-171.html

Jepang : Aksi Samurai yang Mendunia

Samurai Jepang mengentak dunia.
Samurai Jepang mengentak dunia.
Sama seperti pembahasan saya atas Korea Selatan, Jepang sebagai saudara serumpun punya pesona yang hampir sama. Di Asia, tim samurai ini adalah salah satu kekuatan yang nyaris dua dekade ini dapat menjaga konsistensinya.
Bicara prestasi memang Jepang kalah dari Korea Selatan. Pun kebudayaan Jepang yang dilirik dunia kini mulai tergerus dan menuju Korea Selatan. Namun bicara materi saat ini, Korea Selatan bisa sedikit minder. Jepang punya dua nama yang diperbincangkan dunia.
Selepas Jung Ahn, Korsel berhenti pada kiprah Park Ji Sung di Manchester United. Namun era itu sudah mulai pudar seiring usia yang mulai menggerogoti sang bintang dan memudarkan kecepatan seorang Park.
Bersamaan dengan perginya Park, pemuda Jepang bernama Shinji Kagawa datang ke Setan merah bersama Van persie waktu itu dan sukses menjadi juara. Walau Kagawa belu sevital Park perannya di United, aksinya di Dortmund dulu belum dilupakan orang dan dipercaya akan sebesar nama Kazuyoshi Miura bahkan Hidetoshi Nakata.
Lalu, nama jago baru lainnya adalah Keisuki Honda yang baru saja bergabung dengan AC Milan. Sosoknya yang penuk percaya diri dan punya kemampuan yang hebat akan jadi mesin penggerak para samurai untuk unjuk gigi pada dunia.
Nama-nama yang beredar di Eropa cukup banyak dan mengimbangi Korea selatan sebagai raja Asia. Yuto Nagamoto telah kita kenal di Intermilan sejak era Mourinho, ada pula Atsuto Uchida, Hiroki Sakai, Gatoku Sakai, Makoto Hasebe, Shinji Okazaki, dan Yuya Osako yang berkiprah di Jerman. Buat pemain domestik, mereka tentu bukan pemain sembarangan, karena level klub Jepang masih yang terbaik di Asia. Dan ingat, sepak terjang ini akan dikomandoi orang Italia yang pernah sukses bersama AC Milan, Alberto Zaccheroni.
Posisi awal mereka dalam pembagian grup juga punya kemiripan dengan Korsel. Di Grup C Jepang akan berhadapan dengan tim berkekuatan merata. Yunani dan Kolombia serta Pantai gading bukanlah kekuatan yang mampu mengintimidasi para samurai Jepang yang kita ketahui punya harga diri tinggi. Menarik disaksikan kekuatan para samurai ini menjatuhkan lawan dengan katana mereka di Brazil nanti. Juga menarik membandingkan pencapaian mana yang terbaik antara Korsel maupun Jepang. (ds-ejr)
Skuad Jepang
Kiper: Eiji Kawashima (Standard Liege/BEL), Shusaku Nishikawa (Urawa Reds), Shuichi Gonda (FC Tokyo)
Belakang: Yasuyuki Konno (Gamba Osaka), Masahiko Inoha (Jubilo Iwata), Yuto Nagatomo (Inter Milan/ITA), Masato Morishige (FC Tokyo), Atsuto Uchida (Schalke/GER), Maya Yoshida (Southampton/ENG), Hiroki Sakai (Hannover 96/GER), Gotoku Sakai (Stuttgart/GER)
Tengah: Yasuhito Endo (Gamba Osaka), Makoto Hasebe (Nuremberg/GER), Toshihiro Aoyama (Sanfrecce Hiroshima), Hotaru Yamaguchi (Cerezo Osaka), Keisuke Honda (AC Milan/ITA), Shinji Kagawa (Manchester United/ENG)
Depan: Yoshito Okubo (Kawasaki Frontale), Shinji Okazaki (Mainz/GER), Hiroshi Kiyotake (Nurnberg/GER), Yoichiro Kakitani (Cerezo Osaka), Manabu Saito (Yokohama F-Marinos), Yuya Osako (1860 Munich/GER)

Minggu, 25 Mei 2014 23:12 
http://football-indonesia.net/piala-dunia/jepang-aksi-samurai-yang-mendunia-167.html

Ekuador : Tim Semenjana dari Latin

Jago kandang dari Latin.
Jago kandang dari Latin.
Bicara tentang tim lain dari daratan Amerika Latin, nama Ekuador adalah yang paling tak punya daya tarik. Kita tak akan menemui taburan bintang macam Argentina atau Brazil. Pun individu kualitas tinggi model Alexis Sanche di Chile, Radamel Falcao di Colombia, atau Luis Suarez di Uruguay tak akan ditemui di skuad Tricolor ini. Tak ada profil tunggal yang akan memikat mata kitauntuk saat ini. Nama satu-satunya yang familiar adalah Antonio Valencia yang kita kenal di Manchester United, namun untuk saat ini nama itu tak semenarik deret bintang Latin lainnya. Yang mungkin membuat kita tertahan sejenak adalah nama klub asal beberapa pemain yang berbunyi Barcelona. Tapi jangan tertipu, itu adalah nama klub lokal Ekuador.
Tapi kita tak boleh meremehkan anak asuh Reinaldo Rueda ini. Dengan tim miskin bintang itu, keberhasilan mereka menembus Brazil 2014 adalah sebuah prestasi tinggi. Demi sampai ke sana mereka sudah berhadapan dengan nama besar tim latin lainnya dan sukses dalam persaingan. Kelolosan Ekuador juga ditunjang keberhasilan mereka meraup 22 dari kemungkinan 24 poin yang dikonteskan di kandang. Satu-satunya tim yang sukses menahan mereka adalah Argentina. Jadi, patut diperhitungkan bukan?
Tapi status jago kandang itu memang harus dipikirkan ulang tim tiga warna ini bila bersaing di Brazil bulan depan. Di satu sisi, mereka akan jauh dari fans. Namun letak Brazil yang masih tetangga Ekuador harusnya dapat dimaknai mereka sebagai sebuah aksi di rumah sendiri.
Dari studi kepustakaan, nama Jefferson Montero perlu mendapat perhatian khusus. Ajang ini akan jadi ruang pamer yang tepat baginya dan seluruh punggawa Ekuador untuk unjuk gigi dan menjual potensi mereka.
Grup yang cenderung ringan dengan adanya duo Honduuras dan Swiss yang tak bisa terlalu jumawa di hadapan Ekuador membuat peluang terbuka bagi mereka di Grup E. Satu-satunya yang mungkin jadi laga berat adalah saat berhadapan dengan Prancis yang adalah mantan juara.
Menarik, sekali lagi menarik, menyaksikan perjuangan tim yang mungkin akan kita cap terlemah dari Latin di awal turnamen. Itulah input mereka, kita tunggu saja outputnya.(ds-ejr).
Skuad Ekuador
Kiper: Maximo Banguera (Barcelona, Ecuador), Adrian Bone (El Nacional), Alexander Dominguez (Liga de Quito)
Belakang: Gabriel Achilier (Emelec), Walter Ayovi (Pachuca), Oscar Bagui (Emelec), Frickson Erazo (Flamengo), Jorge Guagua (Emelec), John Narvaez (Emelec), Juan Carlos Paredes (Barcelona, Ecuador), Cristian Ramirez (Fortuna Duesseldorf)
Tengah: Michael Arroyo (Atlante), Segundo Castillo (Al Hilal), Carlos Gruezo (Stuttgart), Renato Ibarra (Vitesse Arnhem), Fidel Martinez (Tijuana), Edison Mendez (Santa Fe), Oswaldo Minda (Chivas USA), Christian Noboa (Dynamo Moscow), Pedro Quinonez (Emelec), Luis Saritama (Barcelona, Ecuador), Antonio Valencia (Manchester United)
Depan: Jaime Ayovi (Tijuana), Felipe Caicedo (Al-Jazira), Angel Mena (Emelec), Jefferson Montero (Morelia), Cristian Penilla (Barcelona, Ecuador), Joao Rojas (Cruz Azul), Enner Valencia (Pachuca), Armando Wila (Universidad Catolica).

Minggu, 25 Mei 2014 20:45
http://football-indonesia.net/piala-dunia/ekuador-tim-semenjana-dari-latin-162.html

Spanyol : Tetap Raja Sesungguhnya

Spanyol, Raja Eropa
Spanyol, Raja Eropa
Bicara piala dunia, tak afdol bila kita tak membahas sang juara bertahan. Spanyol yang merupakan pemilik predikat itu sungguh akan jadi sorotan dalam event ini. Delapan tahun lalu Spanyol memang tak terlalu diperhitungkan mengingat takdir yang kerap menempatkannya sebagai juara tanpa mahkota.
Dengan skuad penuh bintang karena diisi punggawa dari salah satu liga terbaik dunia, Spanyol selalu jadi favorit namun tak kunjung berprestasi. Siapa bisa menyangsikan nama Raul Gonzales atau Fernando Morientes di eranya. Barisan nama Zubizareta, Nadal, dll jua membuat tim ini bertabur bintang. Namun kutukan selalu terbukti bila babak adu penalti digelar.
Namun seiring datangnya era emas, Spanyol jadi semakin seksi. Baru pertama kali tiga gelaran turnamen internasional dikuasai oleh satu negara. Selepas gol Torres yang bawa Spanyol menaklukkan Jerman di Piala Eropa 2008, Spanyol tak tertahankan dengan duo Barca-Iniesta-Xavi- di Afsel 2010. Pun di Piala Eropa, mereka sukses membantai Italia dim partai final.
Merka mungkin sempat meredup kala turnamen pemanasan bertajuk Piala Konfederasi 2013 lalu tak berdaya di tangan Brazil yang bakal jadi tuan rumah turnamen sesungguhnya esok. Namun, yang namanya pemanasan tentu beda cerita dengan panggung sesungguhnya.
Spanyol masih bertabur bintang. Bukannya meredup, mereka makin seksi dengan nama-nama baru. David de Gea yang akan gantikan Valdes sebagai cover Saint Iker tentu menyamankan lini belakang yang dihinggapi nama besar Jordi Alba, Gerrard Pique, Raul Albiol, dan Sergio Ramos. Di tengah, deret nama Fabregaz, Iniesta, Xavi, David Silva, Cazorla, Jesus Navas, Juan Mata, Thiago Alcantara, atau Sergio Busquets sungguh jadi harta tak ternilai yang memunculkan dugaan kalau false nine akan tetap dijalankan.
Entah akan terpakaikah nama besar Llorente, Torres, Villa, atau nama segar baru Diego Costa di lini depan. Sajian penuh bintang ini tetap akan menampilkan kedigdayaan sebelum pertempuran sesungguhnya.
Belanda mungkin yang akan jadi ganjalan serius sebelum laga play off yang akan mudah diraih mengingat hanya nama Chile dan Australia yang nampaknya tak dapat mengimbangi kekuatan sang raja sesungguhnya. (ds-ejr).
Skuad Spanyol
Goalkeepers: Iker Casillas, David de Gea, Pepe Reina.
Defenders: Jordi Alba, Raul Albiol, Cesar Azplicueta, Dani Carvajal, Juanfran, Alberto Moreno, Gerard Pique, Sergio Ramos.
Midfielders: Sergio Busquets, Santi Cazorla, Cesc Fabregas, Andres Iniesta, Ander Iturraspe, Koke, Javi Martinez, Juan Mata, Jesus Navas, David Silva, Tiago Alcantara, Xabi Alonso, Xavi.
Forwards: Diego Costa, Fernando Llorente, Alvaro Negredo, Pedro, Fernando Torres, David Villa.

Minggu, 25 Mei 2014 18:54
http://football-indonesia.net/piala-dunia/spanyol-tetap-raja-sesungguhnya-158.html

Jerman : Panser (Masih) Muda yang Siap Menggilas

Panser Jerman siap menggila
Panser Jerman siap menggila
Siapa tim asal Eropa paling diidolakan di Piala Dunia Brazil 2014 nanti? Jerman adalah yang terbanyak. Penjawab Jerman tentu merujuk pada kualitas tim yang merata, kuat, dan tentu saja segar.
Empat tahun lalu Joachim Low tampil di Afsel dengan darah muda yang sungguh memesona. Meninggalkan Ballack di rumah, Jerman tampil beringas dengan kemenangan atas Argrntina yang tak terlupakan pecinta bola dunia. Bagaimana mungkin tim sekelas Argentina diberondong empat gol oleh anak-anak muda Jerman yang tebar pesona di sana.
Maka tampillah nama baru semisal Mesut Ozil, Sami Khedira, Thomas Muller, dan Mario Gomez jadi jago baru tim yang terkenal dengan nama Backenbauer, Klinsmann, Scholl, Efenberg, Ballack, dll. Aksi itu kemudian dibayar kontan dengan kontrak yang berdatangan pada para punggawa Jerman saat itu. Khedira dan ozil ditebus dengan mahal oleh Real Madrid ketika itu.
Dua tahun kemudian, di Piala Eropa 2012, Jerman lebih diidolakan lagi dengan parade kemenangan mereka sejak babak kualifikasi. Sayang kedigdayaan mereka terhenti di hadapan Italia. Balotelli saat itu gagal dibendung Mats hummels yang memudahkannya mengoyak jala Manuel Neuer.
Kini Ozil dkk menuju fase emas usia mereka. Walau tetap ada sentuhan lawas Philipp Lahm, Per Mertesacker, Nbastian Schweinsteiger, dan si gaek Miroslav Klose, Jerman tetap berjiwa muda mengingat banyaknya talenta energik muda yang menghiasi tim.
Nama seperti Mario Gotze, Toni Kroos, Marco Reus, dan Andre Schurrle tentu ingin membuktikan dirinya di tim spesialis turnamen besar ini. Selepas Piala Eropa 2004, Jerman selalu jadi favorit di dunia. Menarik ditunggu rilis akhir tim ini, karena Der Panzer hanya mengundang dua nama penyerang (Klose dan Podolski) dalam pemusatan latihan terakhir dengan membuang nama Mario Gomez dari daftar pemain. Entah rencana apa yang disiapkan Low dengan mengumpulkan banyak gelandang di skuad saat ini. Mungkinkah meniru Spanyol dengan false nine-nya?
Di Brazil sendiri, persaingan Jerman di Grup G akan sangat kompleks dengan kekuatan negeri sang pemain terbaik dunia Ronaldo di hadapan. Lepas dari Portugal, Amerika Serikat dan Ghana siap menjajal keampuhan racik coach Low. Terlebih di laga lawan Ghana akan ada pertarungan antar dua saudara Boateng yang beda kewarganegaraan. So, siap panser siap menggilas lawan yang mengadang di depan. (ds-ejr).
Skuad Jerman
Kiper: Manuel Neuer (Bayern Munich), Roman Weidenfeller (Borussia Dortmund), Ron-Robert Zieler (Hannover).
Belakang: Jerome Boateng (Bayern Munich), Erik Durm, Kevin Grosskreutz (both Borussia Dortmund), Benedikt Howedes (Schalke), Mats Hummels (Borussia Dortmund), Marcell Jansen (Hamburg), Philipp Lahm (Bayern Munich), Per Mertesacker (Arsenal), Shkodran Mustafi (Sampdoria), Marcel Schmelzer (Borussia Dortmund)
Tengah: Lars Bender (Bayer Leverkusen), Julian Draxler (Schalke), Mario Gotze (Bayern Munich), Leon Goretzka (Schalke), Andre Hahn (Augsburg), Sami Khedira (Real Madrid), Toni Kroos (Bayern Munich), Max Meyer (Schalke), Thomas Muller (Bayern Munich), Mesut Ozil (Arsenal), Marco Reus (Borussia Dortmund), Andre Schurrle (Chelsea), Bastian Schweinsteiger (Bayern Munich), Kevin Volland (Hoffenheim), Matthias Ginter (Freiburg)
Depan: Lukas Podolski (Arsenal), Miroslav Klose (Lazio).

Minggu, 25 Mei 2014 17:24 
http://football-indonesia.net/piala-dunia/jerman-panser-masih-muda-yang-siap-menggilas-153.html

Iran : Semangat Akhir Timur Tengah

Haran Akhir Timur Tengah
Haran Akhir Timur Tengah
Mau urai tentang Iran, inilah yang akan bisa dikenang. Merekalah sisa dari kekuatan dunia Arab di saat ini. Sebagai wakil belahan barat Asia, Iran saat ini akan memberi bukti pada dunia bila Timur Tengah masih salah satu warna sepakbola dunia.
Beberapa gelaran silam Asia belah timur dan barat punya kekuatan merata. Namun untuk saat ini memang Jepang dan Korea di timur jauh berlari dibanding kekuatan Timur Tengah yang mulai terengah-engah. Qatar menghebohkan hanya lewat gururan uang di liganya semata. Arab Saudi pun kini tak lagi menonjol. Mungkin, walau ini aksi comback tiap dua gelaran, Iranlah penjaga konsistensi kehadiran Asia bagian Barat itu.
Iran masuk ke piala dunia sebenarnya lewat adangan timnas Indonesia loh. Sayang, tim besutan Aji Santoso saat itu tak terlalu hebat mengadang karena materi tim yang payah, menyangkut perebutan rezim di PSSI. Mungkin yang terkenang adalah bahwa kekalahan 0-10 saat itu PSSI berada dalam grupnya Iran.
Iran sekarang berbeda dengan yang ramai di Prancis 1998 lalu. Tak lagi punya pemain-pemain berbakat seperti Ali Daei, Mehdi Mahdavikia, Khodadad Azizi dan Karim Bagheri yang meraih tiga poin pertamanya di hadapan Amerika Serikat saat itu. Pun nama Ali Karimi tak adalagi di skuad 2014 ini. Nama yang beredar di Eropa hanya Ashkan Dejagah yang bermain dengan Fulham dan Sardar Azmoun yang sibuk di Rubin Kazan. Nama lainnya hanya beredar di Asia. Namun, kita tak bisa mengesampingkan Carlos Queiros yang kini menangani mereka. Bagaimanapun sang pelatih pernah mengenyam pengalaman di tim sebesar Man United dan Real Madrid.
Menjadi yang terlemah di Grup F di Brazil nanti, mereka bisa saja menyengat setiap tim yang lengah. Argentina mungkin akan memandang remeh Iran, namun kejutan masih bisa terjadi manakala diupayakan. Pun Bosnia Herzegovina dan Nigeria tak terlalu jauh di atas mereka. Masih ada kesempatan untuk Iran. Kita tunggu saja.
Skuad Iran
Kiper
Daniel Davari (Eintracht Braunschweig/GER), Rahman Ahmadi (Sepahan Isfahan), Alireza Haqiqi (Sporting da Covilha/POR), Sosha Makani (Foolad), Ali Reza Biranvand (Naft Tehran)
 Belakang: Hossein Mahini (Persepolis), Jalal Hosseini (Persepolis), Ehsan Hajsafi (Sepahan Isfahan), Amir Hossein Sadeqi (Esteghlal), Hashem Beykzadeh (Esteghlal), Khosrow Heidari (Esteghlal), Ahmad Alenemeh (Naft Tehran), Mohammad Reza Khanzadeh (Zob Ahan Isfahan), Pejman Montazeri (Umm Salal SC/QAT), Steven Beitashour (Vancouver Whitecaps FC/CAN)
 Tengah: Mehrdad Pouladi (Persepolis), Reza Haghighi (Persepolis), Andranik Teymourian (Esteghlal), Ghasem Hadadifar (Zob Ahan Isfahan), Bakhtiar Rahmani (Foolad), Javad Nekounam (Kuwait SC/KUW), Ashkan Dejagah (Fulham/ENG), Masoud Shojaei (UD Las Palmas/ESP)
 Depan: Mohammad Reza Khalatbari (Persepolis), Mehdi Sharifi (Sepahan Isfahan), Karim Ansarifard (Tractor Sazi), Reza Ghoochannejhad (Charlton Athletic/ENG), Alireza Jahanbakhsh (NEC/NED), Sardar Azmoun (FC Rubin Kazan/RUS), Reza Norouzi (Naft Tehran)

Minggu, 25 Mei 2014 15:22 
http://football-indonesia.net/piala-dunia/iran-semangat-akhir-timur-tengah-148.html

Portugal : Tak Boleh Andalkan Satu Tombak

Portugal dan Ronaldo siap untuk Piala Dunia
Portugal dan Ronaldo siap untuk Piala Dunia
Brazil dari Eropa, itulah julukan yang disematkan fans pada Portugal. Di era lalu memang permainan kolektif mereka yang indah dan cepat sungguh menjanjikan. Apalagi, generasi emas mereka sempat hampir menguasai Eropa kalau saja Yunani tak menjungkalkan mereka di rumahnya sendiri dalam Piala Eropa 2004.
Tim yang kini ditukangi Paolo Bento ini saat itu diisi nama hebat Vitor Baia, Abel Xavier, Fernando Couto, Paolo Saosa, Luis Figo, Sergio Conceicao, Rui Costa, Pauleta, dan Nuno Gomez. Dengan desain warna yang diadopsi timnas Indonesia saat ini plus rambut klimis para pemain ketika itu, Portugal sempat jadi idola.
Portugal memang tak jauh menurun sejak era itu. Namun kemudian gaya permainan berubah. Kalau dulu dibilang Brasil-nya Eropa, yang ada kini adalah bagai argentina era Batistutanya Eropa. Sepanjang laga adalah permainan monoton untuk menjaga kondisi, dan bergerak seketika mengoptimalkan kekuatan sang maha bintang Christiano Ronaldo.
Yah, bicara Portugal kini kita tak bisa lepas dari sosok Ronaldo atau CR7. Kehebatannya di ranah klub sukses dibawanya ke timnas negaranya yang kini tak banyak diisi nama besar model era Figo cs.
Koneksinya dengan punggawa Real Madrid lainnya seperti Fabio Coentrao dan Pepe dimanfaatkan untuk menjaga keutuhan tim dalam bertahan dan dukungan Joao Moutinho dan Raul Meireles akan ditujukan pada sang maestro semata.
Apapun kritik yang datang, Portugal masih bisa tebar pesona di Piala Eropa 2012 lalu. Semifinalis bukanlah hal buruk. Namun ketergantungan pada sosok Ronaldo harus dipikirkan lebih lanjut oleh Portugal. Nama besar yang ada di depan juga hanya Helder postiga, yang sayangnya hanya mengisi ruang rawat Lazio dalam satu semester terakhir.
Grup G yang jadi ajang mereka akan sangat ketat. Hadirnya panser jerman yang kuat dan punya persaingan tinggi dengan Portugal belum akan selesai setelah laga antara keduanya, karena Kamerun dan Amerika Serikat yang ada di sana juga tak kalah seram potensinya.
Akankah Portugal terpuruk seperti di Afsel 2010? Akankah hasil buruk di pra piala dunia yang memaksa mereka saling bunuh dengan Skotlandianya Ibrahimovic terus memayungi? Kita tunggu saja kiprah Portugal dan Ronaldo di Piala Dunia Brazil 2014 tentunya. (ds-ejr).
Skuad Portugal
 KiperBeto (Sevilla), Eduardo (Braga), Rui Patricio (Sporting).
 BelakangAndre Almeida (Benfica), Bruno Alves (Fenerbahce), Fabio Coentrao (Real Madrid), Joao Pereira (Valencia), Neto (Zenit), Pepe (Real Madrid), Ricardo Costa (Valencia).
 TengahJoao Moutinho (Monaco), Miguel Veloso (Dynamo Kiev), Raul Meireles (Fenerbahce), Ruben Amorim (Benfica), William Carvalho (Sporting), Vieirinha (Wolfsburg), Rafa (Braga).
 DepanCristiano Ronaldo (Real Madrid), Eder (Braga), Helder Postiga (Lazio), Hugo Almeida (Besiktas), Nani (Manchester United), Silvestre Varela (FC Porto).

Minggu, 25 Mei 2014 1:22
http://football-indonesia.net/piala-dunia/portugal-tak-boleh-andalkan-satu-tombak-139.html

Meksiko : Raksasa yang Terlupakan

Javier Hernandez - Andalan Meksiko
Javier Hernandez – Andalan Meksiko
Tim berkostum hijau dengan celana putih itu selalu tampil hebat dan spartan tatkala tampil dalam tiap gelaran. Meksiko, itulah yang saya maksud. Nama-nama penuh tenaga dan dedikasi pernah penulis garis bawahi dari aksi tim sombrero ini lewat nam Cuetecmo Blanco, Louis Hernandes, dan Jaret Borgetti.
Tak kurang dari satu dasawarsa lalu nama kiper nyentrik Jorge Campos akan jadi pengingat rujukan atas nama negara Meksiko. Kalau bukan sepakbola, kayaknya Thalia si Maria Mercedez-lah yang jadi ikon negeri itu di lubuk hati orang Indonesia lewat pengaruh telenovela tempo itu.
Meksiko adalah raja untuk zona Concacaf. Di zona amerika Utara itu sudah sejak lama tak ada yang merusak kedigdayaan mereka. Namun tahun-tahun terakhir ini jadi berat untuk Meksiko. Bukan hanya ditinggalkan Amerika Serikat. Namun Honduras dan kosta Rika malah juga mengangkangi mereka untuk jalan ke Piala Dunia Brazil 2014.
Pra piala dunia ini jadi yang terberat bagi Meksiko, karena mereka hanya beruntung jadi tim keempat Concacaf yang kemudian harus merangkak mencari tiket dengan playoff melawan Selandia Baru. Dan akhirnya sampailah mereka jadim pengisi kuota akhir gelaran ini, gelaran ke-15 yang diikutinya secara berturut.
Siapa saja nama yang jadi asuhan arsitek Miguel Herrera itu kini? Nama pertama yang akan pembaca ingat tentu Javier Chicharito Hernandez. Yups, bintang Meksiko ini memang bukanlah bintang besar di persepakbolaan dewasam ini. Untuk sekadar jadi starter di Manchester United saja Chicarito haru berebut tempat secara hebat, mulai dari bersaing dengan Owen, Berbatov, Rooney, dan bahkan Van persie saat ini. Namun konsistensinya jadi supersub di Red Devils takkan dilupakan dunia begitu saja.
Pesona Chicarito mulai muncul di Piala Dunia Afsel 2010. Namun apakah Meksiko akan one man show dalam laga-laga esok? Sesungguhnya masih banyak nama beken atau agak beken di Meksiko. Giovani dos Santos adalah salah satunya di samping Andres Guardado dan Hector Herrera yang berkiprah di Eropa. Jadi jangan pandang sebelah mata tim ini.
Raksasa Amerika Utara ini mungkin sedang tertidur, namun geliatnya berpotensi mengubah peta kekuatan. Grup A yang diisi oleh tuan rumah Brazil ini akan alot karena Meksiko biasa ambil bagian di Coppa America tentu menjanjikan laga seru. Pun Kroasia dan Kamerun yang tak akan ingin jadi penggembira semata. Bangkitlah raksasa yang terlupakan. (ds-ejr)
Skuad Meksiko
 Kiper: Guillermo Ochoa (Ajaccio), Jesus Corona (Cruz Azul) and Alfredo Talavera (Toluca).
 Belakang: Carlos Salcido (UANL), Rafael Marquez (Leon), Andres Guardado (Bayer Leverkusen), Francisco Rodrguez (Club America), Hector Moreno (Espanyol), Paul Aguilar (Club America), Diego Reyes (Porto), Miguel Layun (Club America) and Miguel Angel Ponce (Toluca)
 Tengah: Carlos Pena (Leon), Marco Fabian (Cruz Azul), Luis Montes (Leon), Hector Herrera (Porto), Isaac Brizuela (Toluca) and Jose Juan Vazquez (Leon)
 Depan: Giovani dos Santos (Villarreal), Javier Hernandez (Manchester United), Oribe Peralta (Club America), Raul Jimenez (Club America) and Alan Pulido (UANL).

Jumat, 23 Mei 2014 16:29
http://football-indonesia.net/piala-dunia/meksiko-raksasa-yang-terlupakan-129.html

Brazil : Tuan Rumah yang Siap Menelan Para Tamu

Neymar menjadi tumpuan tuan rumah di Piala Dunia nanti
Neymar menjadi tumpuan tuan rumah di Piala Dunia nanti
Sejauh ini kita tentu sudah menyimak pelbagai kesibukan yang terjadi di Brazil untuk menyambut gelaran piala dunia tahun ini. Mulai dari klaim kesiapan sampai ceritera kecelakaan di beberapa proyek konstruksi muncul di televisi. Yang pasti, semua itu adalah upaya sang tuan rumah untuk dapat tampil elegan di hadapan dunia, tamu yang akan dipuaskan.
Secara kepanitiaan, hal tadi tentu sudah tercover menjelang putaran final yang tak kurang dari sebulan lagi digelar. Tapi bagaimana dengan kesiapan Tim?Seperti kita juga tahu, Brazil lolos langsung sebagai tuan rumah gelaran ini. Banyak cerita kegagalan tuan rumah terjadi karena alasan kurangnya laga kompetitif karena selama persiapan hanya menjalani laga persahabatan. Namun Brazil tentu tak akan seperti itu.
Mendatangkan Luiz Felipe Scolari kembali sebagai arsitek tim adalah jaminan mutu akan harapan kedigdayaan 12 tahun silam di Korea-Jepang 2002. Pun hasil baik dapat dilihat saat gelaran piala konfederasi tahun lalu. Kita sudah menyaksikan bagaimana Spanyol sang juara dunia digilas begitu rupa.
Soal sepakbola, Brazil jelas rajanya. Tanyakan pada ibu-ibu atau siapapun yang tak punya perhatian khusus di sepakbola tentang negara mana yang mereka tahu kehebatannya di dunia sepakbola; jawabnya kan lebih dari 50% menyebut Brazil. Namun seperti kita juga tahu, sudah 2 kali gelaran Piala Dunia dilewatkan Brazil tanpa kehadiran di partai puncak.
Tapi seperti kita tahu, Spanyol adalah juara dunia, piala konfederasi hanya pemanasan, dan Brazil sempat terlempar dari 10 besar peringkat Fifa. Singkatnya, Brazil belum jadi yang terfavorit walau berlaga di rumah sendiri.
Warga Brazil tentu berekspektasi untuk memperbaiki sejarah Brazil 1950 yang hanya jadi runner up. Melihat tempat bertanding di rumah sendiri, tuan rumah akan siap “menelan” para tamu walau tetap mengukir senyum di bibir. Namun dari sisi materi sesungguhnya Brazil kini tak lebih baik dari Brazil saat jadi tamu di Amerika serikat 1994 atau Korea-Jepang 2002.
Di bawah gawang, Julio Cesar tak sementereng Tafarel atau Dida. Dani Alves, Maicon, Marcelo, dkk dibelakang memang punya nama, namun tak sebesar cafu, Dunga, atau Roberto Carlos. Lini tengah cukup miris. Mungkinkah Ramires, Oscar, atau Hernanes dapat menyamai Kaka atau Denilson?
Terakhir lini depan. Setelah mengandalkan Luis Fabiano empat tahun lalu dan melempem, kini Brazil hanya punya nama-nama kelas dua seperti Fred, Hulk, atau Jo untuk mendampingi Neymar. Ini tentu miris mengingat nama besar yang sebelumnya mereka punya seperti Pele, Romario, Bebeto, Ronaldo, Rivaldo, Ronaldinho, atau Robinho yang bahkan pernah membuat bintang sekelas Mario Jardel atau Giovani Elber seolah tak dapat tempat.
Di Grup A nanti nama Meksiko yang akan jadi lawan alot dan Kroasia sudah akan menyulitkan, namun kita tunggu saja. Menarik mencermati pencapaian tuan tumah atas segala ekspektasi tinggi atau keraguan yang ada. Selecao, mana taringmu sesungguhnya? Mungkinkah Brazil mencapai bintang dengan semua ini? (ds-ejr)
Skuad Brazil
Kiper: Julio Cesar (Toronto FC), Jefferson (Botafogo), Victor (Gremio)
Belakang: Daniel Alves (Barcelona), Maicon (Roma), Marcelo (Real Madrid), Maxwell (Paris Saint-Germain), David Luiz (Chelsea), Thiago Silva (Paris Saint-Germain), Dante (Bayern Munich), Henrique (Napoli)
Tengah: Luiz Gustavo (Wolfsburg), Paulinho (Tottenham), Ramires (Chelsea), Fernandinho (Manchester City), Oscar (Chelsea), Willian (Chelsea), Hernanes (Internazionale), Bernard (Shakhtar Donetsk)
Depan: Fred (Fluminense), Neymar (Barcelona), Hulk (Zenit St. Petersburg), Jo (Atletico Mineiro)

Jumat, 23 Mei 2014 14:05 
http://football-indonesia.net/piala-dunia/brazil-tuan-rumah-yang-siap-menelan-para-tamu-123.html

Korea Selatan : Jago Asia untuk Dunia

Pemain Korea Selatan Son Heung Min yang bersinar bersama Hamburg di Liga Jerman
Pemain Korea Selatan Son Heung Min yang bersinar bersama Hamburg di Liga Jerman
Siapa yang terbaik di persepakbolaan dunia, orang-orang akan membicarakan tim asal Eropa dan diimbang lainnya dengan tim asal Benua Amerika. Lalu siapa lagi, yah Afrika kekuatan ketiga. Selesai? Masih ada satu lagi, Asia.Yah, pada awalnya keikutsertaan tim asia mungkin hanya jadi penggembira untuk gegap gempitanya piala dunia. Tanpa Asia, tentu namanya bukan dunia. Dari luasnya wilayah, Asia adalah yang terbesar, pun menyangkut jumlah penduduknya. Namun di sepakbola Asia adalah pelengkap semata.
Namun belakangan Asia menggeliat dan mulai berusaha menyigi persaingan dunia dengan memajukan industri persepakbolaannya. Dimulai dari J-League dan K-League yang mulai memodernisasi industri persepakbolaan, Kini Liga Qatar jadi persinggahan para veteran top dunia.
Dari sisi individu, kesuksesan King Kazu Miura menembus Liga Italia yang diikuti oleh Hidetoshi Nakata dan Ahn Jung Hwan kemudian mengontaminasi DNA sepakbola Eropa dan mulai menyebar di dunia. Talenta Asia diperhitungkan, terutama sejak Piala Dunia 2002 di Korea Selatan-Jepang.
Saya akan masuk ke Korea Selatan. Piala Dunia akan jadi tempat tebar pesona yang baik bagi para junior Park Ji Sung. Seperti kita ketahui lagi, pemain Korea terkenal spartan dan kuat serta modern logika sepakbolanya. Di Asia mereka adalah macan yang mengaum buas. Walau tak selalu berprestasi bagus, konsistensi adalah bukti kelas mereka.
Dari sisi materi, Korea Selatan akan diisi banyak nama yang berseliweran di Eropa. Pelatih Hong Myung-bo tentu akan sangat terbantu oleh kehadiran Yun Sukyoung, Kim Bokyung, Lee Chungyong, Ki Sungyueng dan Park Chungyong yang berpengalaman Eropa lewat kiprah mereka di Inggris. Hong Jeongho, Koo Jacheol, Ji Dongwon, serta Soe Heungmin juga berkiprah di Jerman. Para pemain ini juga akan dilengkapi para perantau dari liga Jepang dan pemain dari liga lokal yang kerap jadi penguasa Piala Champions Asia.
Sejarah telah membuktikan bahwasanya Korea Selatan pernah menginjak semifinal piala dunia. Grup H yang jadi persinggahan pun  relatif memberi kesempatan mereka bereksplorasi. Belgia dan Rusia memang berat, namun tak berarti pasti menang melawan korea Selatan. Wakil lain afrika dalam sosok Aljazair pun bukan lawan yang begitu menakutkan. Peluang masih terbuka di grup yang seimbang materinya ini. Mari sambut auman sang macan Asia. (ds-ejr).
Skuad Korea Selatan
Kiper: Jung Sungryong (Suwon Bluewings), Kim Seunggyu (Ulsan Hyundai), Lee Bumyoung (Busan IPark)
Belakang: Hong Jeongho (Augsburg/Germany), Hwang Seoho (Sanfrecce Hiroshima/Japan), Kim Changsoo (Kashiwa Reysol/Japan), Kim Jinsoo (Albirex Niigata/Japan), Kim Younggwon (Guangzhou Evergrande/China PR), Kwak Taehwi (Al Hilal/Saudi Arabia), Lee Yong (Ulsan Hyundai), Yun Sukyoung (Queens Park Rangers/England)
Tengah: Ha Daesung (Beijing Guoan/China PR), Han Kookyoung (Kashiwa Reysol/Japan), Ji Dongwon (Augsburg/Germany), Ki Sungyueng (Sunderland/England), Kim Bokyung (Cardiff City/England), Lee Chungyong (Bolton Wanderers/England), Park Jongwoo (Guangzhou R&F/China PR), Son Heungmin (Bayer Leverkusen/Germany)
Depan: Kim Shinwook (Ulsan Hyundai), Koo Jacheol (Mainz/Germany), Lee Keunho (Sangju Sangmu), Park Chuyoung (Watford/England)

Jumat, 23 Mei 2014 12:01
http://football-indonesia.net/piala-dunia/korea-selatan-jago-asia-untuk-dunia-120.html