erase racism, itu sablonan jaket pengendara motor yang saya lihat di jalan tadi. sepakbola juga menuntut fair play dan no racism, tapi terus terang saya jadi rasis bila ditanya kecintaan sepakbola domestik pribadi.
saya penggemar psms medan si ayam kinantan sejak awal2 kecintaan saya pada olahraga yang sudah sulit saya mainkan langsung ini, dan itu karena, maaf, rasis. saya kelahiran jakarta dan besar di sini, tak pernah dengan sadar pergi ke medan juga hingga saat ini, tapi buat saya menonton sepakbola nasional hanya akan memberikan gejolak adrenalin saat2 pasukan hijau ini yang tampil di lapangan. why? karena saya orang batak!
rasis, tapi itu alasan banyak orang mendukung tim pujaannya di negeri ini. say no to racism at indonesian football? bulshit!!
medan jelas ibu kota dari provinsi di mana etnis batak berasal, padahal medan sendiri sudah multi-etnis selayaknya jakarta dan kota besar lainnya, tapi itulah alasan saya. lainnya? tak ada lainnya.
sungguh sebuah kegilaan atau kecintaan dengan dasar yang semu, makanya sempat aneh buat saya manakala tapanuli mengajukan diri sebagai sebuah provinsi dalam pemekaran, untung belum jadi. kalau ya, apa lagi alasan saya mendukung psms?
singkatnya, saya dukung psms sejak era khair rifo (awal saya nonton bola). bergejolak turun naik, tetap saya ikuti kiprah mereka di era saphou lassy, jean michael baboaken, affan lubis, sahari gultom, lalu mourmada marco-coli misrun, sempat degradasi dan kembali dengan gonzales dan carascao, juga masa keemasan dengan jadi runner up sriwijaya di era freddy muli dengan trio lokal markus-saktiawan-mahyadi dan nama beken james koko-chena-tobar, bahkan era runyam sihar sitorus-luciano leandro yang bawa rahmat afandi jatuh ke kasta kedua. di kasta bawah dengan era gagal serge-kurniawan-gaston pun saya tetap mendukung dan memantau.
musim
lalu, saat pasukan hijau ini gagal di 8 besar divisi utama, saya
berujar bahwa psms akan tetap main di level 1 kompetisi mendatang. kok
bisa? karena seperti sebelum2nya, kompetisi bisa berubah format dan
memungkinkan promosi gratis.
bukannya berharap terlalu picik, namun saya mencium akan ada aksi tersendiri dari pengurus pssi waktu itu (masih nurdin) untuk cari dukungan dengan kembali memecah kompetisi ke 2 wilayah.
akhirnya memang langkah itu ada, bahkan dengan pengurus baru sebagai pengusul. saya antusias, sebab ketersingkiran psms kala itu di 8 besar menyiratkan kehadiran tangan2 jahil. bila kali ini promosi gratis itu hadir, adalah balasan yang menohok buat mereka yang sudah menyogok untuk tampil di kompetisi utama dengan berprestasi instan di 8 besar lalu.
psms kembali, kabar gembira saat itu.
***
tapi semuanya jadi tak menarik ketika kompetisi punya tandingan. atas nama uang dan upaya melindungi diri dan kroninya, pengurus kinantan tiba2 berbelok ke kompetisi yang kita ketahui ilegal. jelas dia berbelok, karena sponsor besar masuk (walau tak bisa dipastikan pengaruhnya buat klub) atas nama perusahaan milik keluarga kaya pengusung liga ilegal. pemain bernama besar berikut pelatih dapat direkrut, tapi mau ke mana langkahmu?
di saat rumit, pengurus pssi yang baru-si anak medan-tak mau ayam kinantan dilaknat organisasi, penyelamatan pun dibuat dengan menegakkan panji psms dengan skuadron yang sama sekali baru. terburu dan tergesa, jadilah sebuah tim yang apa adanya dalam mengarungi tantangan. sebuah kloning memang, namun untuk menjaga eksistensi memang diperlukan.
kini ada 2 pasms medan, satu di isl dan lainnya di ipl. tak ada debat berarti lagi memang tentang siapa yang psms tulen. toh anak2 medan tetap menonton dan mendukung kedua tim di kedua kompetisi sebagai hiburan. hal ini mungkin seperti antusiasme bonek mendukung 2 persebaya atas nama hiburan.
tapi saya tak kekurangan hiburan, yang ada saya bingung bicara psms. ada 2 psms sekarang, namun tak 1 pun menarik tuk didukung.
maaf kinantan!!!
bukannya berharap terlalu picik, namun saya mencium akan ada aksi tersendiri dari pengurus pssi waktu itu (masih nurdin) untuk cari dukungan dengan kembali memecah kompetisi ke 2 wilayah.
akhirnya memang langkah itu ada, bahkan dengan pengurus baru sebagai pengusul. saya antusias, sebab ketersingkiran psms kala itu di 8 besar menyiratkan kehadiran tangan2 jahil. bila kali ini promosi gratis itu hadir, adalah balasan yang menohok buat mereka yang sudah menyogok untuk tampil di kompetisi utama dengan berprestasi instan di 8 besar lalu.
psms kembali, kabar gembira saat itu.
***
tapi semuanya jadi tak menarik ketika kompetisi punya tandingan. atas nama uang dan upaya melindungi diri dan kroninya, pengurus kinantan tiba2 berbelok ke kompetisi yang kita ketahui ilegal. jelas dia berbelok, karena sponsor besar masuk (walau tak bisa dipastikan pengaruhnya buat klub) atas nama perusahaan milik keluarga kaya pengusung liga ilegal. pemain bernama besar berikut pelatih dapat direkrut, tapi mau ke mana langkahmu?
di saat rumit, pengurus pssi yang baru-si anak medan-tak mau ayam kinantan dilaknat organisasi, penyelamatan pun dibuat dengan menegakkan panji psms dengan skuadron yang sama sekali baru. terburu dan tergesa, jadilah sebuah tim yang apa adanya dalam mengarungi tantangan. sebuah kloning memang, namun untuk menjaga eksistensi memang diperlukan.
kini ada 2 pasms medan, satu di isl dan lainnya di ipl. tak ada debat berarti lagi memang tentang siapa yang psms tulen. toh anak2 medan tetap menonton dan mendukung kedua tim di kedua kompetisi sebagai hiburan. hal ini mungkin seperti antusiasme bonek mendukung 2 persebaya atas nama hiburan.
tapi saya tak kekurangan hiburan, yang ada saya bingung bicara psms. ada 2 psms sekarang, namun tak 1 pun menarik tuk didukung.
maaf kinantan!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar