Selasa, 28 Februari 2012

negeri ngeri

beberapa tahun lalu, saat memposting ironi keterbelakangan negeri ini di forum yahoogroup teman2 sekolah, banyak komentar pedas yang masuk. rata2 mereka menafikan ironi itu dengan tetap berpandangan ke atas pada sebuah optimisme sebagai anak muda, dan sengaja atau tidak tak peduli dengan tempat berpijak di bawah yang penuh hal menjijikkan. sebetulnya saya sadar, mereka tidak salah. mereka tentu lebih tertarik untuk terus berjuang dan bergerak ketimbang diam menangisi kebobrokan yang ada. optimisme anak muda memang harusnya demikian. pribadi yang skeptis namun terus berusaha maju memang aksi nyata, ketimbang kehati-hatian yang apatis. walau detail, apa gunanya bila tak ada aksi nyata.
oke, dan hari ini, lagi2 saya merasa akan bercerita dengan muatan ironi. entah akan apa komentar yang muncul. mungkin malah tak ada komentar lagi karena tak terbaca, notabene teman2 yang biasa mengkritisi sudah berlarian ke sosial media tetangga, twitter.
***
negeri ngeri, dua kata itu cuma beda jumlah hurufnya saja. fonem yang ada sama 5, beda urutan juga pembeda deh. itu cuma pilihan estetik saja.
negeri ini mengerikan sesungguhnya bila ditelisik. pemimpinnya sudah tidak amanah, lihat berapa banyak penghujatnya. namun pemimpin negeri ini tak terganggu kondisi itu. betapapun dihujat, bak anjing menggonggong, mereka tetap menjalankan semua kebijakannya.
kepemimpinan yang tak amanah itu bisa berjalan terus karena rakyat yang membenci lebih memilih skeptis, yang penting perut terisi. rakyat sudah bosan berjuang untuk kesiasiaan yang statis. tapi, di sinilah penyakit baru muncul.
rakyat yang adem-ayem menjalani regulasi otak yang tak amanah malah terus disudutkan dengan anggota tubuhnya yang lain yang jadi regulator partikelir atas kegiatan premanisme. dan belakangan, premanisme itu makin brutal bekerja membusuki organ2 dalam tubuh sang rakyat.
kini, soal sepakbola saja pemerintah tak bisa bertindak tegas, apalagi soal menindak premanisme yang ternyata akarnya begitu dalam dan aksinya menyeramkan. begidik saya, bagaimana anda?

Tuesday, 28 February 2012 at 16:53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar