
Pengamat sepak bola, Rayana Djakasurya mengatakan adanya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang telah direncanakan oleh Forum Pengprov PSSI (FPP) merupakan sikap konyol yang sulit diterima akal sehat.
Betapa tidak, KLB merupakan salah satu cara terakhir untuk menggantikan pimpinan di tubuh PSSI, dengan syarat sesuai agenda FIFA. Jika kemudian KLB PSSI digelar di luar agenda FIFA, maka Indonesia hanya menunggu waktu untuk diberi sanksi.
"Kalau mau gembel, KLB saja karena sudah menyalahi Statuta FIFA," tegasnya ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (26/12/2011). Ia mengatakan segala permasalahan persepakbolaan dunia harus merujuk kepada FIFA sebagai organisasi sepak bola dunia.
Menurutnya, jika KLB PSSI tetap dilaksanakan maka, FIFA tidak segan-segan akan memberi sanksi kepada Indonesia karena tidak patuh kepada FIFA yang telah melayangkan surat agar seluruh klub tunduk dan kembali kepada PSSI.
"FIFA dalam suratnya kan sudah jelas bahwa ISL ilegal," tandas pria yang lama tinggal di negeri Pizza, Italia ini.
Ia mencontohkan kasus Irak. Saat itu, negara yang pernah di pimpin oleh Saddam Husen tersebut tengah bergejolak perang. Akan tetapi, Federasi Sepak bola Irak tetap patuh kepada FIFA dan tetap melaksanakan program persepakbolaan Irak sesuai petunjuk FIFA.
"Hasilnya apa, mereka bisa juara Asia kan. Irak yang sedang perang saja masih tunduk sama FIFA. Kalau kita mau gembel KLB saja, terus kita (Indonesia) tidak bisa berbuat apa-apa karena kena sanksi," imbuhnya.
Adanya ucapan protes yang menyuarakan ketidakpuasan atas sanksi yang turun dari pengurus PSSI terhadap para anggotanya merupakan hal yang menghabiskan energi.
Pengamat sepakbola Rayana Zakasurya mengatakan pada dasarnya apa yang sudah diputuskan oleh PSSI merupakan amanat dari statuta PSSI yang mengadopsi dari statuta Federasi Sepakbola Internasional (FIFA).
"Aturannya begitu, sebuah federasi sepakbola di belahan dunia mana pun usai memberikan sanksi kepada anggotanya langsung membuat laporan ke induk federasi sepakbola, yakni FIFA," ungkap Rayana.
Menurut Rayana, hulu dari semua peraturan dan keputusan federasi sepakbola dimana pun berada adalah FIFA.
"FIFA sudah memiliki mekanisme baku yang dituangkan dalam buku yang bernama statuta, jadi selama tidak menyimpang dari statuta, jangan harap ada yang bisa mengutak-atik sebuah kepengurusan sepakbola yang sudah direstui oleh FIFA," tutur Rayana.
Dalam kasus pemecatan angota Komite Eksekutif PSSI, diakui Rayana tidak seenaknya saja PSSI main pecat anggota Komite Eksekutifnya tanpa meminta restu dari FIFA.
"Begitu juga dengan adanya permintaan KLB untuk mengganti pengurus PSSI, tentu FIFA tidak akan menggubrisnya, karena FIFA yang mengawal pemilihan pengurusan PSSI di bawah komando Djohar Arifin, FIFA tahunya pengurus PSSI harus selesai sesuai jadwal tanpa harus direcoki oleh kekisruhan. Jika periode Johar dari 2011 hingga 2015, FIFA pun tahunya selesaikan dahulu tahu 2015, kecuali jika ada kasus hukum tetap seperti era Nurdin Halid dulu, baru bisa diberhentikan kepengurusan itu," paparnya.
Diakui Rayana, selama FIFA memandang kepengurusan PSSI saat ini tidak melanggar statuta, siapa pun anggota PSSI atau kelompok lain jangan harap bisa memaksakan kehendaknya untuk menurunkan kepengurusan PSSI saat ini.
"Sebenarnya banyak anggota PSSI yang sudah tahu akan hal ini, tetapi karena ingin memaksakan kehendak, ya paling-paling ini hanya akan membuang energi saja, sebut saja ISL, ISL itu sudah tahu dirinya tidak bakal diakui oleh FIFA, tetapi tetap saja maksakan diri," tandas Rayana.
FIFA diakui oleh Rayana memang satu lembaga yang lain dari yang lain. "Negara adi kuasa saja tidak bisa mengintervensi FIFA, jika ada negara yang ingin mencampuri urusan federasi sepakbolanya, FIFA langsung memberi sanksi tidak boleh ikut kejuaraan yang ada di bawah naungan FIFA," jelas Rayana.
Rayana menyarankan kepada seluruh anggota PSSI untuk melihat lagi statuta yang ada di PSSI karena statuta PSSI itu adalah adopsi dari statuta FIFA.
"Saya rasa jika ingin memajukan sepakbola harus kembali ke statuta, lain halnya jika sepakbola sudah dirasuki niat-niat tertentu, statuta pasti diabaikan," tandas Rayana lagi.
Tuesday, 3 January 2012 at 21:41
Tidak ada komentar:
Posting Komentar