"makin banyak kita belajar, makin bodoh kita rasanya", kalimat itu
benar, tapi jangan disalahartikan dengan "maka jangan belajar, biar
jangan bodoh". biar bagaimanapun yang belajar akan lebih pandai dari
yang tidak (jangan salah artikan pandai dengan sukses).
kalimat awal
tadi saya pahami dari contoh sederhana saja: sepakbola! bukan tentang
permainan atau strategi, tapi hanya dari kemampuan menganalisis bak
komentator. dulu, saat sma saya kira saya sudah teramat tahu tentang
sepakbola dunia, siapapun anda, saya siap berdebat tentang
persepakbolaan tanah air maupun jagat raya. berbekal membaca tabloid
bola yang terbit hanya jari jumat saja waktu itu, saya merasa paham dan
bisa bercerita banyak tentang semua bintang sepakbola. kadang saya
merendahkan para komentator liga inggris di sctv, komentator liga italia
semisal bung rayana di rcti, atau komentator liga indonesia di antv
atau tvri bandung/nasional kala kesalahan info mereka sampaikan. saya
sudah merasa tahu hanya dengan membaca "bola".
kini satu dekade
berlalu dari masa sma, kini gelimangan media tak henti menghujam diri
akan kehausan informasi, saya pikir tak perlu saya daftarkan nama2 media
itu. namun, rasanya saya masih dan malah makin merasa tak tahu banyak
ketika mencoba membahas piala dunia waktu lalu. rasanya informasi sudah
menghujam dengan deras dan terekam sempurna, tapi rasanya makin kosong
dan perlu lebih banyak lagi usaha tuk tahu.
tapi, kalau bicara dengan mereka yang gak ada usaha untuk tahu, jelas saya lebih tahu, untuk yang ini ada kebanggaan.
sudahlah,
tadinya saya ingin bicara lebih lanjut tentang keingintahuan yang bebal
sama dengan lebay, tapi.... udah deh segini aja. gak juga saya ganti
judulnya. iseng aja nulis di minggu pagi, happy sunday all!
Sunday, 1 August 2010 at 08:20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar