mungkin pada murid2 saya pernah mengeluhkan pembodohan dalam sinetron di
televisi negeri ini. cerita yang dibuat2 bahkan bisa berlanjut hingga
sesi ke-6 semisal "tersanjung", bahkan kini disaingi "cinta fitri".
dengan contoh saya itu sebagai penguat pernyataan, saya mungkin pernah
melukai hati salah seorang murid yang justru tiap hari saat ini berkibar
di televisi dalam sinetronnya dengan gagah.
saya tak hendak mencabut
pernyataan saya itu karena ternyata alumni didikan saya itu kini justru
lebih baik nasibnya dibanding saya di dunia peran atau malah isi
kantong. sungguh maksud saya bukan itu. saya berbangga atas kapasitas
pemuda tersebut, yang saat ini bisa saya acungi jempol atas prestasinya
dalam berkesenian. kembali pada kritik, yang mau saya bicarakan adalah
lakon tanpa ujung atau cerita yang dibuat2 demi tuntutan rating dan
share adalah sebuah "kerajinan", bukan kesenian. cerita tanpa ujung pun
hanya salah satu faktor pembodohan. masih banyak lagi faktor lain
semisal kesenjangan properti, ketiadaan eksplorasi peran atas lakon,
mimik yang berlebiham (padahal bukan panggung teater), dan banyak hal
lainnya.
singkat kata, sinetron itu komoditas yang beracun, tak saya
rekomendasikan buat dinikmati (tapi untuk mama saya, suka2 deh, orang
tv-nya punya mama yah).
tapi beberapa pekan ini saya yang terpaksa
harus menghabiskan waktu dengan televisi menyadari adanya wujud serupa
dalam bentuk nyata. drama tanpa ujung di dunia fiksi itu kini punya
wujud nyata dalam kehidupan sehari2, berlakon "mafia".
atas nama
mafia ini muncul kata2 ikutan yang menjadi pelengkap frase yang
memunculkan lakon2 tak berujung ceritanya: mafia hukum, mafia peradilan,
mafia pajak, mafia sepakbola, mafia.... akh payah deh. cerita yang
tersaji kadang lebih menyita perhatian ketimbang narasi andrea hirata
atau imajinasi deskriptif pramoedya ananta toer. dengan melihat sebuah
berita politik di negara ini anda akan terlelap dalam emosi, menanti
kelanjutan, terus... terus... terus..., hingga lelah karena ujungnya tak
pernah jelas. pusing saya...
Wednesday, 23 February 2011 at 02:08
Tidak ada komentar:
Posting Komentar