saya tak hendak meremehkan situasi yang kini runyam, yang berkecamuk di
negeri ini, tak pula ada rasa pandang enteng pada penderitaan semua
korban di sana. dari wasior ke mentawai lalu ke sekitar merapi, duka
yang membayang begitu nyata. pun di depan mata ketakutan akan bencana
itu tak berkurang menyadari banyaknya gunung aktif yang mulai nampak
bangkit, juga letak negeri ini yang rawan tsunami jelas mengerikan.
namun ada satu hal yang membanggakan saya, yang takkan tampak bila
bencana itu tak datang: masih ada hati yang satu untuk saling mengasihi
di negeri ini.
jelas setiap hari kita sudah jengah akan kelakuan para
koruptor yang menguasai negeri ini dengan sistem peradilannya yang
kacau, otak picik dan pengetahuan keagamaan yang dangkal dari para
terorisme, juga rasa keberkuasaan pihak mayoritas yang sesukanya menekan
kaum minoritas, yang membuat seolah tak ada yang perlu dibanggakan dari
negeri ini. tapi, bencana itu memberi bukti: kita masih punya hati yang
satu untuk sadar bahwa semua adalah anak negeri yang merupakan
keluarga.
tak ada ledakan bom di tempat bencana; tak kudengar pula
ada bantuan eksklusif dari suku, etnis, atau agama tertentu untuk bagian
dari mereka saja; tak kudengar juga pekik nama Tuhan digunakan dalam
situasi membenarkan sesuatu yang salah. tua-muda, miskin-kaya, juga
adipati-jelata, semua nampak satu di lokasi bencana.
bila pun nun
jauh di sini, di tempatku saat ini, ada di antara kita yang masih
membanggakan diri, golongan, atau posisi: tapi hati manusia kita bakal
terketuk simpati pada negeri yang kupikir kena kutuk ini.
kami masih
satu ya Tuhan, kami masih umat-Mu, pun ketika tak ada yang bisa
kuberikan kepada mereka, hatiku tetap bersama mereka, juga hati
teman-temanku, pun hati mereka yang berposisi sebagai lawanku. kami
satu, satu karena bencana.
semoga kelak kami tetap bisa merasa satu, kala bencana telah pergi menjauh.
Saturday, 6 November 2010 at 17:48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar