Kamis, 26 Januari 2012

bencana = 1

saya tak hendak meremehkan situasi yang kini runyam, yang berkecamuk di negeri ini, tak pula ada rasa pandang enteng pada penderitaan semua korban di sana. dari wasior ke mentawai lalu ke sekitar merapi, duka yang membayang begitu nyata. pun di depan mata ketakutan akan bencana itu tak berkurang menyadari banyaknya gunung aktif yang mulai nampak bangkit, juga letak negeri ini yang rawan tsunami jelas mengerikan. namun ada satu hal yang membanggakan saya, yang takkan tampak bila bencana itu tak datang: masih ada hati yang satu untuk saling mengasihi di negeri ini.
jelas setiap hari kita sudah jengah akan kelakuan para koruptor yang menguasai negeri ini dengan sistem peradilannya yang kacau, otak picik dan pengetahuan keagamaan yang dangkal dari para terorisme, juga rasa keberkuasaan pihak mayoritas yang sesukanya menekan kaum minoritas, yang membuat seolah tak ada yang perlu dibanggakan dari negeri ini. tapi, bencana itu memberi bukti: kita masih punya hati yang satu untuk sadar bahwa semua adalah anak negeri yang merupakan keluarga.
tak ada ledakan bom di tempat bencana; tak kudengar pula ada bantuan eksklusif dari suku, etnis, atau agama tertentu untuk bagian dari mereka saja; tak kudengar juga pekik nama Tuhan digunakan dalam situasi membenarkan sesuatu yang salah. tua-muda, miskin-kaya, juga adipati-jelata, semua nampak satu di lokasi bencana.
bila pun nun jauh di sini, di tempatku saat ini, ada di antara kita yang masih membanggakan diri, golongan, atau posisi: tapi hati manusia kita bakal terketuk simpati pada negeri yang kupikir kena kutuk ini.
kami masih satu ya Tuhan, kami masih umat-Mu, pun ketika tak ada yang bisa kuberikan kepada mereka, hatiku tetap bersama mereka, juga hati teman-temanku, pun hati mereka yang berposisi sebagai lawanku. kami satu, satu karena bencana.
semoga kelak kami tetap bisa merasa satu, kala bencana telah pergi menjauh.

Saturday, 6 November 2010 at 17:48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar