ngomongin bola di negeri ini gak sama dengan yang jadi topik di luar
negeri. kini gak rame lagi ngobrolin peluang persipura juara atau
kemungkinan pengejaran persija, arema, atau sriwijaya. yang seru
sekarang cuma pssi di dalam negeri.
bila belum punya contoh di dunia
nyata tentang kekehnya sebuah rezim untuk berkuasa, cerita pssi bisa
jadi sampel sempurna! dalam sekup negara-yang notabene punya kekuasaan
yang lebih terlegitimasi-pemimpin sekelas soeharto dan mubarak saja
akhirnya gerah setelah dihujat dan bersedia mundur, tapi kroni nurdin
dan besoes di pssi terus bertahan dengan pelbagai dalih untuk tetap
berkuasa. bahkan setelah membungkam anggotanya yang mengkritik, imbauan
menpora dan bahkan ucapan pimpinan fifa yang menyudutkan bisa diabaikan.
saat semua dipikir masih bisa diusahakan, langkah dan geliat tetap dilakukan si nurdin dkk ini.
tengok
saja cara busuk mereka untuk melobi para pemilik suara dengan jalan2
bersama ke luar negeri. saat kongres harus digelar dicari usaha
pengamanan dengan mengundang pihak2 yang mendukung saja dan berusaha
menyuap anggota yang suaranya masih mengambang. materi kongres dan
peraturan organisasi pun disampaikan dengan cara sembunyi2 dan ketika
ditolak fifa pun pura2 tidak tahu.
saat semua sudah terdesak
dicarilah langkah busuk terakhir kemarin. kata seorang pendeta, di tanah
batak ada pepatah yang mengatakan "dang tu au, dang tu ho, tumagon ma
tu begu" tentang upaya merusak sesuatu kala hendak direbut orang lain.
kira2 artinya: kalau gak bisa buat saya lagi, daripada buat anda, lebih
baik untuk setan (gak ada yang kebagian). pssi pun menunda kongres
melewati deadline fifa dengan dalih rusuh. jadilah pssi akan dihukum
fifa. toh kalau dihukum mereka tetap jadi penguasa sementara. kalau pun
digantikan, pengurus baru juga tak akan ke mana2 coz dalam masa hukuman.
sungguh bejad deh pak nurdin dkk ini. terbayang kini uang yang mengalir
deras di persepakbolaan negeri ini, yang jadi sebab jabatan pengurusnya
sebegitu didamba dan dijaga.
hancur deh sepakbola kita. payah!
Monday, 28 March 2011 at 10:46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar