ngobrol soal gayus di tv, sebenarnya alasan untuk tak lagi mengakui
gunanya negara sudah terpenuhi. bukankah negara adalah sekumpulan orang
bebas yang melepas sebagian hak mereka untuk hidup dalam aturan hukum
dan norma? dengan contoh teranyar itu, seharusnya kita berhak mengambil
kembali hak yang sudah kita lepaskan untuk kemudian tak mengakui
keberadaan diri sebagai warga negara.
hukum terinjak-injak sudah
menjadi kenyataan sehari-hari. dan kadang saya bingung untuk apa ada
fakultas ilmu hukum, bila yang dilakukan lulusannya hanyalah
mempermainkan ilmu hukum itu sendiri, di tengah2 masyarakat yang tadinya
percaya hukum itu adalah timbangan keadilan.
coba tanya semua
penegak hukum, apa kerja mereka? beribu masalah gayus telah terjadi
namun mereka bungkam. ingat masalah gayus bukan hanya berlibur saat masa
tahanan di rutan, tapi juga persekongkolan jahat yang merugikan
keuangan negara, usaha memainkan pasal penuntutan, dan juga men-setting
aksi kepahlawanan fiktif alat2 negara.
ingat juga masalah
anggoro-anggodo yang sempat sukses memainkan hukum dengan sepengetahuan
yang mereka sebut RI-1. juga masalah century yang jadi bargaining
politik, tekanan pada orang kecil semisal pritta, kriminalisasi janda
pahlawan, aturan kebebasan beribadah tuk tiap agama yang bias,
kesewenang-wenangan forum2 dan ormas yang bisa seenaknya jadi aparat
partikelir, ketakutan negeri ini pada negeri tetangga, dan ratusan atau
ribuan masalah lainnya....
negara untu rakyat, masih bergunakah?
tapi
uraian seperti tulis saya di atas sesungguhnya kosong belaka, tak akan
mengubah apa2. puluhan aksi oleh ribuan aktivis juga sebenarnya kosong
belaka, karena kita bagai hendak mencuci setumpuk kain geber hanya
dengan sabun secolek! saya mulai kasihan dengan koar2 idealis aktivis
putih.
lama-kelamaan, kala pandangan telah skeptis bahkan apatis,
maka saya hanya bisa menikmati dalam diam saja. menikmati anugerah saya
berupa negara yang runyam. sambil sesekali meracau gila tanpa makna:
semoga kelak datang kebenaran di negara....ku!
hidup gayus???
Saturday, 13 November 2010 at 14:45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar